Nasional

Operasi Anaknya Dibantu NU Care, Taryana Tak Perlu Jual Rumah

Kamis, 22 Maret 2018 | 23:00 WIB

Operasi Anaknya Dibantu NU Care, Taryana Tak Perlu Jual Rumah

Ka-ki: Taryana, Faysal, Vety

Sumedang, NU Online
Taryana dan Vety terlihat sumringah menyambut kedatangan kami di rumah mereka, di Dusun Sukamanah, RT 02/RW 03, DesaCisurat, Kecamatan Wado, Kabupaten  Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/3) siang. 

Pasangan suami istri yang telah menikah empat tahun itu menyilakan kami duduk dan mencicipi pisang goreng serta kopi yang sudah mereka persiapkan. Perjalanan hampir enam jam dari Jakarta, membuat kami segera larut dalam hangat kopi dan obrolan bersama Taryana beserta keluarganya.

Saat itu dari pihak kami terdiri dari dua orang kru NU Online, satu staf NU Care-LAZISNU dan satu orang sopir. 

Kedatangan kami siang itu adalah untuk menjenguk Faysal Kayana. Selain itu juga untuk menyerahkan dana bantuan pengobatan Faysal yang berasal dari sumbangan donatur NU Care-LAZISNU termasuk yang dihimpun melalui laman Kitabisa.

(Baca: NU Care Bantu Warga Sumedang yang Alami Masalah Kesehatan)

Faysal yang kini berusia tiga tahun adalah anak Taryana dan Vety yang sebelumnya menderita hirschsprung's disease. Itu adalah penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat lemahnya pergerakan usus. 

Penyakit itu terdeteksi ketika umur Faysal masih hitungan bulan. Bermacam usaha pengobatan, termasuk pengobatan alternatif, sudah Taryana dan istrinya lakukan. Namun, penyakit Faysal belum kunjung sembuh. Berdasarkan pemeriksaan medis, Faysal harus menjalani operasi. 

Akan tetapi, keadaan Taryana yang hanya buruh mebel di Bandung, juga kondisi pekerjaan yang sedang sepi, menyebabkan ia tak memiliki biaya operasi Faysal yang diperkirakan mencapai 35 juta rupiah.

“Kalau penghasilan saya itu misalnya bikin kusen atau pintu dapat 25 ribu kadang 30 ribu,” jujur Taryana.

“Waktu di Bandung orderan ramai, tapi karyawan banyak. Jadi sehari cuma dapat satu,” lanjutnya.

Taryana dan istrinya lalu berencana menjual rumah yang mereka beli di awal pernikahan dengan harga lima belas juta rupiah. Keadaan rumah yang sederhana dan hanya berukuran enam kali delapan meter, hanya memberi peluang pemasukan uang tak sampai 40 juta rupiah.

Taryana mempertimbangkan seandainya rumah itu mereka jual, dan hanya pas untuk biaya operasi Faysal, dari mana lagi uang untuk biaya perawatan dan membeli obat-obatan setelah operasi?

Di tengah kebingunan itu, pada Desember 2017 lalu, NU Online yang mengetahui kondisi Faysal berinisiatif menghubungkan Taryana dan istrinya dengan NU Care-LAZISNU. NU Care-LAZISNU lalu menghimpun dana untuk biaya operasi Faysal. Proses operasi Faysal pun dilakukan 28 Februari 2018 di Rumah Sakit Advent, Bandung.

(Baca: Dibantu NU Care, Faysal Jalani Operasi Penutupan Kolostomi)
“Rumah ini sudah ada yang menawar tiga puluh lima juta. Kalau tidak dibantu NU Care-LAZISNU, pasti sekarang sudah bukan milik kami,” cerita Taryana lagi.

Perkataan Taryana diamini Vety, istrinya. Menurut Vety jika sampai rumah itu dijual, untuk mendapatkan rumah yang baru dengan kondisi yang sepadan, mungkin diperlukan biaya 100 juta rupiah.

“Sekarang Faysal tinggal kontrol-kontrol,” kata Vety. 

Menurut mereka Faysal selalu berpembawaan ceria, juga tergolong anak yang aktif.

“Waktu mau dioperasi saja dia masih berguling-guling atau loncat-loncat. Saya sama ayahnya yang melihatnya jadi khawatir, apalagi kan dulu Faysal masih pakai plastik (kantong feses) yang nempel di perut,” lanjut Vety.

“Alhamdulillah dulu waktu harus sering pergi kerja, dengan cerianya Faysal itu jadi dorongan saya semangat kerja,” ujar Taryana yang sejak enam bulan lalu bekerja di Majalengka, juga sebagai buruh mebel. Taryana mengaku dengan bekerja di Majalengka dalam sehari bisa mengerjakan dua sampai tiga kusen.

Hal yang juga disyukuri Taryana dan Vety adalah karena Faysal termasuk cepat pulih setelah operasi. 

“Dokter bilang Faysal termasuk cepat pulih. Lebih cepat dari yang diperkirakan,” kata Vety.

Vety mengatakan berdasarkan pesan dokter beberapa jenis makanan harus dihindarkan dari Faysal, yaitu makanan pedas dan gorengan.

“Tapi agak susah menghindari. Faysal harus dibujuk,” ungkapnya.

Untuk persoalan-persoalan penanganan Faysal, Vety mengatakan bisa menghubungi dokter atau suster melalui handphone, karena ada dokter dan suster yang sudah dikenalnya secara dekat dan bersedia member solusi terkait penanganan Faysal.

Selama kami di rumahnya, Faysal yang bercita-cita jadi dokter, menuruti ibunya saat memintanya membacakan doa-doa sederhana, walau belum lancar pengucapannya. Faysal juga beberapa kali menyalami kami, seolah-olah akan berangkat sekolah.

Faysal, kata Agus Fuat, staf NU Care-LAZISNU yang menyertai kami, akan terus dalam pengontrolan NU Care-LAZISNU sampai keadaannya benar-benar sembuh.

“Tolong saya terus dikabari perkembangan Faysal ya Bu,” kata Fuat kepada Vety.

Faysal kembali menyalami kami dan melambaikan tangan ketika kami berpamitan. Melihat keadaan Faysal yang kini jauh membaik, dalam hati kami merasa ikut berbahagia. (Kendi Setiawan)


Terkait