Jakarta, NU Online
Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah memperdiksi,
umat Islam sudah bisa memulai puasa Ramadhan pada Sabtu (27/5) besok. Hal
tersebut berdasarkan hasil penghitungan astronomis Lembaga Falakiyah
PBNU yang memungkinkan hilal terlihat pada Jumat sore ini.
Data
hisab Lembaga Falakiyah PBNU menyebutkan, posisi hilal markaz Jakarta
pada 29 Sya’ban 1438 H berada pada ketinggian 8 derajat 26 menit 15
detik di atas ufuk. Peristiwa ijtima’ atau konjungsi berlangsung pada
Jumat (26/5), pukul 02.45.47 WIB.
Almanak terbitan Lembaga
Falakiyah PBNU juga mencantumkan data bahwa hilal berada di atas ufuk
selama 37 menit 25 detik. Keadaan hilal saat itu miring ke selatan.
“Berdasarkan
hisab Nahdlatul Ulama, posisi bulan memungkinkan untuk bisa dirukyat.
Meski demikian hasil rukyat sore nanti yang akan menentukan awal pulasa
Ramadhan1438 H,” kata Hendro Setyanto dari Litbang Lembaga Falakiyah
PBNU saat dihubungi NU Online, Jumat (26/5).
Pesan
serupa juga disampaikan Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH Ghazalie
Masroeri. Ia mengatakan, kepastian puasa Ramadhan tahun ini menunggu
hasil rukyat dan sidang itsbat. NU pada Jumat sore ini menggelar rukyat
atau observasi langit di berbagai titik di seluruh Indonesia.
“Rukyat
menjadi dasar penentu awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah
sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Sedangkan hisab yang bersifat
prediktif itu digunakan oleh NU untuk membantu pelaksanaan rukyat, tidak
dapat menggantikan rukyat,” kata Kiai Ghazalie.
Apabila laporan
pelaksanaan rukyat menunjukkan hilal dapat disaksikan, kata Kiai
Ghazalie, maka laporan itu menjadi penentu awal Ramadhan jatuh pada
Sabtu, 27 Mei 2018 atau persisnya sejak Jumat sore. "Tetapi apabila
tidak dapat melihat hilal maka umur Sya'ban 1438 H digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
"Laporan
rukyat disampaikan dalam sidang itsbat, agar Menteri Agama RI
mengitsbatkan awal Ramadhan 1438 H untuk menjadi pedoman masyarakat,
kemudian NU mengikhbarkan," tutur Kiai Ghazalie. (Mahbib)