Fujian, NU Online
Format kerja sama muslim Indonesia dan muslim China perlu model lebih permanen dan berjangka panjang. Tidak cukup sekadar program dakwah atau pertukaran seremonial yang bersifat temporer dan makro.<>
Demikian dikatakan Dr. KH. Ma'ruf Amin, Koordinator Harian Ketua MUI Pusat, dalam lawatannya ke Quanzhou, Fujian, China, Ahad (13/05).
"Kita harus membantu membangun lembaga pendidikan Islam," katanya.
Menurutnya, dengan dimungkinkannya akses dukungan dana dari Timur Tengah, Indonesia bisa berkontribusi lebih banyak dengan "mengirimkan tenaga pendidik untuk mengajarkan agama kepada anak-anak Muslim China."
Gagasan ini menguat seusai Kiai Ma'ruf beserta rombongan berziarah ke makam muslim tertua di bukit Lingshan, Quanzhou, provinsi Fujian, China Selatan, dan ke Masjid Qingjing atau Ashab, di pusat kota Quanzhou.
Sementara, Imam masjid Qinjing, Ibrahim, menceritakan, banyak keturunan Arab dan Muslim di kota ini yang tidak lagi menganut Islam akibat tidak tersedianya layanan pendidikan Islam yang memadai.
Dalam kunjungan 13 hari ke tiga kota, termasuk Xi'an, China Tengah, dan Beijing ini, rombongan yang diketuai H. Amidhan Saberah, Ketua MUI bidang Produk Halal ini juga diikuti beberapa pengurus harian MUI, diantaranya Sekjen MUI, H.M. Ichwan Sam, Ketua MUI bidang Kerukunan Beragama, H. Slamet Effendy Yusuf, Wakil Ketua Komisi Fatwa, Prof. Huzaimah T. Yanggo, Ketua MUI bidang Kebudayaan, KH. Cholil Ridwan, dan Ketua Komisi Kajian MUI, Prof. Utang Ranuwijaya.
Ikut bersama rombongan, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Direktur Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Azyumardi, salah satu ciri khas Islam di China adalah bukti sejarah kedatangan Islam pada fase awal berupa kuburan dan pasar.
"Islam di China tidak pernah menjadi bagian kekuasaan politik, karena itu bukti kesejarahannya tidak berupa kerajaan, atau kraton seperti Islam di Nusantara," kata guru besar sejarah ini, sehabis melihat makam Islam generasi awal di Quanzhou, Fujian, China Selatan.
Rombongan juga mengunjungi jembatan batu yang membelah sungai Loyang, Quanzhou, yang menjadi pangkalan awal petualangan Laksamana Cheng Ho, yang sempat tujuh kali mengunjungi kepulauan Nusantara. Sebelum berangkat bertualang, Cheng Ho, juga berziarah ke makam muslim di bukit Lingshan, Quanzhou, Fujian, China.
Redaktur : Sudarto Murtaufiq