Nasional

Merongrong Pancasila, Bukan Mustahil Indonesia Seperti Suriah

Rabu, 4 Mei 2016 | 10:48 WIB

Jakarta, NU Online
Melihat situasi mutakhir dunia, khususnya di belahan Timur Tengah, yang penuh dengan tindak kekerasan, umat Islam di republik ini harus memikirkan keutuhan Tanah Air Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU Abdul Moqsith Ghazali saat didaulat menjadi narasumber di hadapan ratusan guru pembimbing Rohis PAI yang digelar di Aula Serbaguna Cut Nyak Dien, Bumi Perkemahan dan Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta, Rabu (4/5).

Hari kedua pelaksanaan kemah Rohis Nasional, tak hanya siswa yang padat kegiatan. Para guru pembimbing juga memiliki agenda sendiri, yakni koordinasi pelaksanaan Rohis Pendidikan Agama Islam (PAI) se-Indonesia dengan pembicara kunci Abdul Moqsith Ghazali.

Dalam paparan bertema “Islam dan Keindonesiaan” ini, Moqsith mengatakan, Pancasila sebagai ideologi bangsa telah sesuai ajaran Islam. Ketuhanan YME disepakati warga NU pada Muktamar ke-27 NU di Situbondo sesuai aqidah tauhid tentang keesaan Tuhan.

“Para kiai yang tergabung dalam Jamiyyah NU menerima asas tunggal Pancasila sebagai ideologi negara. Artinya, mereka telah menyakini bahwa ada titik temu antara Pancasila dengan Islam. Jadi, keduanya tidak perlu dipertentangkan,” ujar Moqsith.

Nama-nama seperti KH M Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Dahlan, merupakan tokoh pendiri Republik yang tidak diragukan lagi komitmennya kepada bangsa, negara, dan Tanah Air ini. “Tokoh pendiri NU dan pendiri Muhammadiyah ini sangat berjasa dalam menjaga keberlangsungan Indonesia,” tandasnya.

Jika kita tiap hari sujud, makan, dan tidur di negeri ini, maka kita harus berjuang untuk Tanah Air ini. Bagi pihak yang tidak mengetahui sejarah bangsa, tentu tidak menyetujuinya. “Jadi, kalau ada berpikir bahwa Pancasila tidak sesuai dengan syariat, wajar. Karena mereka bukan pendiri sekaligus perancang negara ini,” tukas Moqsith disambut aplaus para guru PAI.

Menurut Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, jika terjadi perang saudara, misalnya, apa yang akan terjadi di negeri ini bukan tidak mungkin mirip yang terjadi di Suriah. “Sudah ratusan ribu orang tewas sia-sia. Mereka terlibat perang saudara antarumat Islam,” tegas ustadz muda ini.

Organisasi-organisasi seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan Front Pembela Islam (FPI), lanjut dia, adalah yang selama ini terang-terangan menyoal Pancasila sebagai ideologi negara kendati FPI sudah mulai menerimanya. 

“Faktanya, negara-negara di Timur Tengah, tidak bisa menerima Hizbut Tahrir dan Ahmadiyah. Keduanya justru bermarkas di Inggris. Nah, di Indonesia HTI justru diberi ruang atas nama demokrasi itu sendiri,” papar Moqsith. (Musthofa Asrori/Mahbib)


Terkait