Nasional

Menyikapi Menang dan Kalah dalam Pilkada

Jumat, 29 Juni 2018 | 01:30 WIB

Menyikapi Menang dan Kalah dalam Pilkada

Ilustrasi (merdeka.com)

Jakarta, NU Online
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di 171 daerah telah selesai dilaksanakan. Menurut hasil hitung cepat (quick count), telah terlihat siapa yang kalah dan siapa yang menang.

Menang dan kalah dalam perhelatan pesta demokrasi tersebut menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim harus disikapi dengan bijak dan lapang dada sembari menunggu hasil penghitungan resmi dari KPU.

Hal yang perlu direnungkan bersama menurutnya ialah kebenaran dan kebatilan tidak diukur dari menang dan kalah dalam pilkada. Sebab, kebatilan bisa menang, sebaliknya kebenaran bisa saja kalah.

“Ini yang perlu direnungkan bersama bahwa menang dan kalah, didukung mayoritas atau hanya minoritas, bukanlah ukuran bagi kebenaran dan kebatilan,” ucap Kiai Luqman dikutip NU Online, Jumat (29/6) lewat akun twitter pribadinya @KHMLuqman.

Sebab, kata Direktur Sufi Center Jakarta ini, kebatilan bisa menang, bisa kalah. Kebenaran juga bisa menang, bisa kalah. Begitu juga Ridho Allah tidak ada hubungannya dengan menang-kalah.

“Bila Rasulullah SAW datang di hadapanmu, apakah anda masih memikirkan kalah dan menang dalam pilkada? Apakah anda masih berkeluh kesah atau bersorak gembira?” tanya penulis buku Psikologi Sufi ini.

“Yuk bershalawat penuh adab. Jika cahaya datang kegelapan akan sirna. Jika kekasih tiba sirnalah kesedihan,” ajaknya. (Fathoni)


Terkait