Nasional

Membangun NU Baru Dengan Bertumpu Pada Sistem

Ahad, 24 Maret 2013 | 10:53 WIB

Pasuruan, NU Online
NU dibangun oleh para tokoh kharismatik seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri dan lainnya, tetapi sesuai dengan perkembangan zaman, NU tidak dapat lagi mengandalkan kharisma dan ketokohan, melainkan harus membangun sistem keorganisasian yang rapi.
<>
Demikian disampaikan oleh Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi dalam acara Rapimda Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama ((LTMNU) se- Pasuruan Raya, Ahad (24/3).

Mengandalkan kepemimpinan berdasarkan tokoh kharismatik tidak ada sistem pengkaderannya, tidak ada pendidikan yang khusus didesain untuk menciptakan tokoh kharismatik.

“Ketokohan betul-betul pemberian dari langit dan zaman akhir sudah dekat, sehingga tokoh semakin susah ditemukan,“ katanya.�Ia mencontohkan, pesantren yang menjadi basis kekuatan NU, pada zaman dahulu juga mengandalkan kharisma kiainya, tetapi sekarang ini sudah beralih pada pembenahan nidhom atau sistemnya. Pesantren Tebuireng sepeninggal KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim mengalami penurunana pengaruh, tetapi belakangan menemukan jalan keluar. Dibawah kepemimpinan Gus Sholah, yang sama sekali tidak kharimatik, ternyata berhasil membuat terobosan dengan memperbaiki sistemnya.�

Hal yang sama juga terjadi pada pesantren Sukorejo Situbondo, sesudah wafatnya KH As’ad Samsul Arifin, terjadi perombakan sistem sehingga pesantren tersebut terus berkembang menjadi semakin besar.�

“Karena sudah bertumpu sistem, mungkin tidak lagi mengenal siapa yang mengasuh pesantren. Tokoh sudah tidak lagi terpenting, tokoh hanya menjadi bagian dari sistem,“ tandasnya.

Pembaharuan yang dilakukan NU bukan para perubahan ajaran agamanya, karena hal ini sudah baik. NU tidak memperbaharui ajaran karena sudah jelas, tapi memperbaiki sistem sebagai alat perjuangan.�

“NU sebagai pesantren besar, ketika tokoh kharismatik semakin sedikit, harus dibangun tumpuan keberadaan NU yang baru, tidak lain adalah sistem,“ paparnya.

Kondisi saat ini adalah sedang dalam masa peralihan. Nidhom belum terbangun dengan rapi, tokoh sudah tidak terasa keberadaannya sehingga dinamika organisasi menjadi sangat tinggi.�

Ia menegaskan, jika tidak ada langkah strategis dan mendasar untuk membangun tatanan baru bagi NU menyongsong abad keduanya, pilihannya sangat ekstrim, NU akan mengalami penurunan kewibawaannya dan dilupakan, tetapi jika berhasil, NU akan semakin diperhitungkan�

“Dan yang paling bertanggung jawab maju atau runtuhnya NU adalah pengurus NU hari ini,” tandasnya.�

Penulis: Mukafi Niam


Terkait