Nasional

Mbah Zainal Selamat dari Reruntuhan Gempa

Selasa, 7 Agustus 2018 | 20:30 WIB

Mbah Zainal Selamat dari Reruntuhan Gempa

KH Zainal Abidin Munawwir

Masih terngiang di benak kita betapa dahsyatnya bencana gempa bumi yang mengguncang Lombok yang telah memporak-porandakan daerah itu. Lombok yang sangat terkenal dengan pariwisatanya di antranya Gili Terawangan dan Gunung Rinjani yang hampir tiap harinya dikunjungi banyak wisatawan, baik dari wisatawan mancanegara maupun wisatwan domestik.

Gempa yang mengguncang wilayah Lombok dengan kekuatan 7,0 skala Richter ini terjadi di malam hari 5 Agustus 2018, sangat mengejutkan masayarakat sekitar yang getarannnya terasa sampai Bali. Menurut data dari BNPB jumlah korban jiwa mencapai 98 jiwa dan kemungkinan akan terus bertambah karena proses evakuasi yang belum rampung.

Peristiwa di atas mengingatkan penulis tentang terjadinya gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terjadi pada 27 Mei 2006. Kejadian itu terjadi kurang lebih pukul 05:55:03 WIB selama 57 detik. Tidak sedikit korban jiwa yang berjatuhan dan ribuan bangunan rumah roboh hampir rata dengan tanah.

Salah satu daerah yang terkena dampak gempa adalah Krapyak yang merupakan daerah yang memiliki dua pondok pesantren besar; Pondok Pesantren Al Munawwir dan Ali Maksum. Dua pondok pesantren itu telah mencetak lulusan yang hebat di masing-masing setiap daerah hingga ke luar negeri dan tidak sedikit santri yang lulus di sana banyak yang mendirikan pondok pesantren.

Ketika peristiwa gempa bumi mengguncang wilayah Jogja dan sekitarnya ada sedikit kejadian yang di luar nalar manusia. Saat peristiwa itu terjadi KH Zainal Abidin Munawwir yang disapa akrab Mbah Zainal salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir, sedang beriktikaf di dalam masjid. Itikaf memang menjadi kebiasaannya di pagi hari.

Semua bangunan di kompleks pondok pesantren ikut hancur termasuk masjid. Tiba-tiba muncul Mbah Zainal di balik reruntuhan masjid itu. "Ini ada apa kok semuanya ambruk?" tanya Mbah Zainal dalam bahasa Jawa.

"Ada gempa bumi, Kiai," jawa para santri.

"Owh gempa to?" gumam kiai yag dikenal sebagai ulama ahli fiqih ini.

Begitulah sosok Mbah Zainal, ulama yang zuhud dan wira'i. Hanya kepatuhan kepada sang Khalik-lah yang menjadikan manusia yang tinggi derajatnya di hadapan Allah swt, karena semata-mata ibadah mereka hanya untuk Allah swt, bukan untuk yang lainnya. Lahul fatihah. (Galih Maryanuntoro/Kendi Setiawan)


Terkait