Nasional

Mayoritas NU dan Muhammadiyah, Tapi Mereka Tak Berderma ke LAZISNU atau LAZISMU

Jumat, 27 Oktober 2017 | 04:01 WIB

Jakarta, NU Online
Menurut Asia Development Bank (ADB), kelas menengah adalah mereka yang memiliki pengeluaran dua hingga dua puluh dollar Amerika atau dua puluh tujuh ribu hingga dua ratus tujuh puluh ribu rupiah per kapita per hari.

Berdasarkan data BCG tahun 2012, jumlah kelas menengah di Indonesia adalah tujuh puluh empat juta. Bahkan, ada yang menyebut kalau jumlah kelas menengah Indonesia adalah seratus empat puluh satu juta.

Sedangkan muslim adalah mereka yang memeluk agama Islam dan mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan Islam. Maka dengan demikian, kelas menengah muslim adalah mereka yang memiliki daya beli dan juga memiliki tingkat religiusitas yang tinggi.

Beberapa waktu lalu, Alvara Research Center melakukan survei terhadap kalangan muslim kelas menengah. Dalam survei tersebut ditemukan fakta bahwa mayoritas kelas menengah muslim tersebut dekat dan berafiliasi dengan ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. 

Dengan masing-masing prosetase 40,6 persen mengaku berafiliasi terhadap NU dan 20,7 persen mengaku menjadi anggota NU. Sedangkan 13,3 persen berafiliasi dengan Muhammadiyah dan 7,8 persen responden mengaku sebagai anggotanya. 

Namun yang menarik adalah kelas menengah muslim yang mayoritas NU dan Muhammadiyah tersebut sebagian besar tidak menyalurkan dermanya ke lembaga amil zakat dua ormas tersebut. Lalu, ke lembaga mana mereka berderma?  

CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali menjelaskan, sebetulnya kelas menengah muslim itu ringan tangan dalam berderma. Umumnya, mereka memiliki pendapatan dan jiwa sosial keagamaan yang tinggi. Maka dari itu, mereka tidak segan-segan untuk membantu sesama saudaranya yang seiman yang memang membutuhkan.

Hasil riset menunjukkan bahwa dari 1200 responden atau 100 persen menyatakan pernah menyalurkan zakat, infak, dan sedekah melalui musholla, 40,5 persen menyalurkan langsung kepada yang membutuhkan, dan 20,9 persen pernah menyalurkan melalui lembaga zakat.

“Dari 20 persen kelas menengah yang menyatakan pernah menyalurkan zakat, infak, dan sedekah melalui LAZIS mereka menyatakan menyalurkannya melalui Dompet Dhuafa 31,5 persen, Rumah Zakat 23,9 persen, dan Rumah Yatim 12,7 persen,” kata Hasan usai menyampaikan rilis hasil survei di Jakarta, Senin (23/10).

Dengan demikian, jika menyebut lembaga amil zakat di kalangan kelas menengah muslim, maka yang paling diingat adalah Dhompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Hal disebabkan karena dua lembaga amil zakat tersebut merupakan pelopor dalam transformasi lembaga zakat dengan pengelolaan yang profesional dan modern.

“Mayoritas NU dan Muhammadiyah, tapi mereka tidak meyalurkan zakatnya (infak dan sedekah) ke LAZISNU atau LAZISMU,” tandas Hasan. (Muchlishon Rochmat/Fathoni) 


Terkait