Jakarta, NU Online
Bencana yang terjadi secara tiba-tiba di sebuah wilayah membuat para relawan dan lembaga yang bergerak di bidang bencana harus mampu mengantisipasinya dengan baik, terutama dalam hal pertolongan pertama dan kebutuhan logistik para korban. Manajemen logistik yang bersifat insidentil kerap kali membuat penanganan bencana tidak berjalan dengan baik.
Hal ini disampaikan Direktur HELP Logistics Regional Asia, Temmy Tanubrata, Kamis (11/8) saat ikut mendampingi 25 peserta Pelatihan Manajemen Logitik Kemanusiaan (Humanitarian Logistics Management) berkunjung ke gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta.
Kegiatan ini dihelat Pimpinan Pusat Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (PP LPBINU) dengan menggandeng HELP Logistics, lembaga yang berada di bawah naungan Kuehne Foundation dan Lembaga Kajian Logistik Institut Teknologi Bandung (ITB). Kegiatan yang berlangsung pada Rabu-Jumat (10-12/8) di Gedung PBNU ini membahas secara detail mengenai manajemen logistik secara praktik mulai dari pengadaan, pergudangan hingga penyaluran barang.
Menurut Temmy, salah satu kelemahan penanganan bencana di Indonesia pada umumnya kalau tidak soal keterlambatan pengiriman barang-barang bantuan, kelangkaan barang kebutuhan juga soal ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dengan kebutuhan korban bencana saat itu. Sebab itu menurutnya, manajemen logistik harus diperkuat oleh jaringan-jaringan lokal di mana terjadi lokasi bencana.
“Logistik bukan hanya persoalan distribusi barang kebutuhan, tetapi juga bagaimana seorang relawan atau lembaga bencana menyiapkan, menyimpan, merawat, hingga mengirimkan barang-barang tersebut. Agar penanganan bencana bisa berjalan dengan baik, harus memberdayakan jaringan lokal untuk kebutuhan menyimpan dan menyuplai barang,” papar pria lulusan Cranfield University UK ini.
Dalam pandangannya, LPBINU yang mempunyai pengurus hingga ke tingkat daerah bisa mulai menerapkan sistem manajemen tersebut. HELP Logistics yang dipimpinnya telah malang melintang memberikan bantuan, baik itu berupa pelatihan secara langsung kepada lembaga-lembaga dan para relawan maupun bantuan menyiapkan hingga mendistribusikan barang-barang kebutuhan bencana.
“Hasil dari pelatihan ini, saya harapkan nantinya para peserta bisa memberikan pengalaman dan ilmunya kepada yang lain sehingga problem logistik bencana tidak terjadi di sana-sini ketika terjadi kasus,” ujar pria yang sudah 14 tahun menjadi aktivis penangulangan bencana di Indonesia, Timor Leste, Afghanistan, Pakistan, Rwanda, Afrika bagian selatan dan timur serta Italia ini.
HELP Logistics merupakan lembaga kemanusiaan yang bergerak dibidang logistik di bawah naungan Kuehne Foundation yang berbasis di Swiss, untuk HELP Logistics sendiri di Singapura. Selain bergerak di bidang logistik kemanusiaan, Kuehne Foundation juga bergerak di bidang pendidikan, dan sosial-budaya.
HELP Logistics juga salah satu program unggulan dari Kuehne Foundation yang berfokus kepada peningkatan kemampuan logistik dan rantai pasok berbagai lembaga kemanusiaan di seluruh dunia. Ikut memberikan input dalam kegiatan ini yaitu Prof. Senator Nur Bahagia selaku pimpinan dari Pusat Kajian Logistik dan Rantai Pasok Institut Teknologi Bandung.
Pelatihan di Jakarta ini diikuti oleh lebih dari 25 peserta, terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Cabang dan relawan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) di Jakarta dan Jawa Barat. Kegiatan serupa akan dilaksanakan di Semarang untuk peserta dari Jawa Timur, dan Jawa Tengah menjelang akhir tahun ini. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan wilayah dengan tingkat risiko bencana yang tinggi.
Jawa Barat menempati peringkat pertama wilayah rawan bencana di Indonesia, yang selanjutnya diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Potensi bencana yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut meliputi bencana geologi, vulkanologi, klimatologi, dan lingkungan. Selain itu, terdapat 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang juga berpotensi menimbulkan bencana jika tidak dikelola dengan baik. (Fathoni)