Nasional

Ma'arif NU Sayangkan Guru yang Doktrin Siswanya Benci Presiden

Kamis, 11 Oktober 2018 | 02:00 WIB

Ma'arif NU Sayangkan Guru yang Doktrin Siswanya Benci Presiden

foto: istimewa

Jakarta, NU Online
Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama menyayangkan doktrinasi kebencian guru terhadap Presiden RI H Joko Widodo kepada siswanya. Hal ini, menurutnya tidak patut dilakukan oleh siapapun, terlebih seorang guru.

"Al-Qur'an melarang kita benci sehingga kita berbuat tidak adil," kata Ketua Umum PP LP Ma'arif NU H Arifin Junaidi kepada NU Online, Kamis (11/10).

Arifin Junaidi menjelaskan bahwa sikap demikian bertentangan dengan Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 8.

 وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاَنُ قَوْمٍ عَلَىٰ اَلَّا تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum mendorongmu berlaku tidak adil. Adillah. Karena (adil) itu lebih dekat dengan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha mengetahui terhadap apa yang kamu sekalian kerjakan.

Pria asal Jepara Jawa Tengah itu juga mengungkapkan, mestinya guru tersebut harus adil. Artinya, prestasi Presiden Jokowi juga harus disebutkan. Jika terdapat kekurangan, siswa diajak untuk memikirkan solusinya. Meskipun sebenarnya, menurutnya, hal itu belum waktunya bagi pelajar.

Lebih lanjut, Arifin menyebut hal itu merupakan strategi pertama Islam transnasional. Selain doktrinasi, mereka juga menanamkan kebencian baik melalui media informasi dan media sosial.

Ia mencontohkan bahwa ada sekelompok orang yang menyalahkan Jokowi karena di daerahnya tidak terjadi hujan selama beberapa bulan. "Ada gempa yang disalahkan Jokowi, ini tidak adil," katanya.

Mereka menurutnya, melupakan prinsip politik Islam, yakni at-thariqatu ahammu minal maaddah, cara lebih penting ketimbang substansi inti. Sebaliknya, mereka justru melakukan al-maaddah ahammu minat thariqah, substansi materi lebih penting ketimbang cara.

Dengan tegas, Arifin meminta guru tersebut harus ditindak. Hal demikian katanya, tidak boleh terulang. "Harus dihentikan!" katanya.

Guru agama SMAN 87 Jakarta diadukan oleh orang tua seorang siswa karena dituduh menyebarkan doktrinasi anti-Jokowi. Guru tersebut membantah telah melakukan hal itu, Ia menduga hal itu kesalahan tafsir siswanya saja. (Syakir NF/Muiz)    


Terkait