Nasional

Liga Santri Harus Stabilkan Kegaduhan Persepakbolaan Nasional

Sabtu, 15 Juli 2017 | 02:03 WIB

Trenggalek, NU Online
Beberapa tahun belakangan, wajah persepakbolaan nasional diwarnai dengan berbagai macam kegaduhan, kekisruhan, dan keruwetan. Hal ini menjadi perhatian pecinta sepakbola tanah air, tidak terkecuali kalangan pesantren. RMI-NU sebagai operator liga santri menegaskan bahwa visi LSN 2017 adalah dari santri untuk negeri. Sepakbola santri diharap dapat menjaga stabilitas kegaduhan nasional.

“NU harus menjadi stabilitasi kegaduhan nasional. Berawal dari liga santri ini maka akan berdampak pada pencerahan dan penyegaran terhadap daerah setempat,” kata Direktur Marketing panitia nasional liga santri nusantara (LSN), Abdul Aziz saat bertemu Bupati Trenggalek Emil Elistianto Dardak, bersama panitia LSN Region Jawa Timur 1, dan pengurus PCNU di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Jum’at (14/7).

Kompetisi sepakbola antarpesantren ke depan tidak hanya mampu mencetak pemain-pemain andal tetapi juga mencetak pemain yang bermoral tinggi dan berdedikasi untuk kemajuan persepakbolaan Indonesia.

“Dengan bergulirnya LSN di Trenggalek ini, PCNU ingin membuktikan santri juga punya andil untuk memiliki keterampilan, selain syiar agama juga syiar sepakbola. Karena sepakbola adalah hobi yang dimiliki oleh mayoritas negara-negara berkembang tanpa melihat kasta dan derajat,” kata Ketua PCNU Trenggalek KH Fathullah.

Sementara Bupati Trenggalek Emil bersama dengan perangkatnya menyatakan kesiapanya untuk membantu kesuksesan LSN 2017. “LSN tahun ini harus menjadi magnet untuk membuktikan bahwa santri atau pesantren siap bertanding secara profesional dan menjadikan Trenggalek sebagai lautan santri,” kata Bupati termuda se-Indonesia.

Panitia LSN Jawa Timur 1 yang digawangi oleh Gus Toev sebagai koordinator region dan Gus Anam sebagai panitia pelaksana kembali menggelar rapat koordinasi lanjutan bersama Bupati Trenggalek dan panitia nasional LSN.

Rencananya kick off LSN Jawa Timur 1 akan dilakukan pada pertengahan September mendatang, dengan sistem pertandingan setengah kompetisi yang melibatkan 32 peserta dari pesantren se-Keresidenan Kediri dan Madiun. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)


Terkait