Nasional

Lesbumi:Seni Tradisi Dihantam Kanan dan Kiri

Ahad, 1 Maret 2015 | 12:03 WIB

Magelang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Al-Zastrouw Ng mengatakan seni tradisi mendapat hantaman dari kanan dan kiri. Dari kanan, dihantam kelompok formalisasi agama yang mengatakan hal itu bid’ah. Sementara dari kiri oleh kelompok sekulerisme karena dianggap tak menguntungkan. 
<>
Padahal, kata dia, kalau seni tradisi hilang itu menunjukkan bangsa yang hilang. Bangsa yang tak memiliki identitas. Jika tak memiliki identitas, ia akan mengambil identitas dari tradisi orang lain.

“Yang seperti ini tak kokoh dan dikendalikan orang lain. Dia tak punya rumah untuk kembali, menjadi bangsa tak punya pijakan, menjadi hanyut dan hilang,” katanya di sela-sela "Festival Seni Budaya Pemuda untuk Revolusi Mental" di Ki Sodong Rumah Budaya, Magelang Sabtu (28/2). 

Ia menyebut hal itu merupakan skenario bangsa lain untuk menghancurkan tradisi Nusantara supaya masyarakatnya tidak mengetahui sejarah kebudayaannya sendiri. Setelah itu kemudian menjadi bangsa yang tidak punya referensi kebudayaan.

Menurut dia, bangsa kita sebetulnya tidak anti-kebudayaan bangsa lain, tapi yang penting cara pandang terhadap kebudayaan itu sendiri. Kita harus mendudukan keduanya secara fair dan seimbang, mencari yang baik dari kedua-duanya, kemudian dihubungkan secara komplementer. Di situlah posisi Lesbumi.

Lebih tegas lagi, Lesbumi, kata Al-Zastrouw, adalah mengadvokasi seni-seni tradisi yang ada di Nusantara. Ia mengajak kepada Cabang-Cabang Lesbumi untuk melakukan hal itu di daerah masing-masing. 


Kegiatan yang berlangsung dua hari tersebut mengundang komunitas-komunitas seni tradisi  yang ada di Magelang pada Jumat (27/2). Pada kesempatan itu mereka diajak berdiskusi soal manajemen organisasi untuk seni tradisi. Kemudian pada Sabtu (28/2) diadakan pameran seni tradisi yang dibukan Menpora Imam Nahrowi di parkir Candi Borobudur. Pada pameran tersebut menampilkan beragam kesenian mulai dari seni tari, lukis, wayang, gerabah, dan lain-lain. (Abdullah Alawi)
 


Terkait