Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Misbahul Munir mengingatkan larangan berpikir tentang dzat Allah karena akal manusia tidak akan mampu mencapainya.
“Allah itu kayak apa ya? Berpikir tentang Allah (itu) dilarang,” kata Kiai Misbahul Munir saat mengisi pengajian Ramadhan di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5).
Manusia, kata Kiai Misbah mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, sebaiknya berpikir tentang ciptaan Allah.
“Yang dianjurkan oleh Rasulullah adalah tafakkaru fi khalkillah, berpikirlah tentang makhluk Allah karena makhluk Allah itu bagian dari ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah,” katanya.
Ia menerangkan hal tersebut agar siapa pun terhindar dari aliran mujassimah yang menyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat makhluknya seperti memiliki tangan dan wajah. “Ini akidah mujassimah ini, yakni akidah yang menjisimkan Allah. Mujassimah ini kalau sadar kafir, jadi kalau sadar dengan akidahnya ini, kafir,” jelasnya.
Kiai Misbah mencontohkan kata yadun. Menurutnya, yadun dalam Al-Qur'an tidak boleh diartikan tangan. "Tetapi yang benar adalah kekuasaan," tegasnya.
Sebelumnya Kiai Misbahul Munir menjelaskan bahwa ayat-ayat dalam Al-Qur'an tidak mungkin bertentangan, karena Al-Qur’an merupakan mukjizat. “Al-Qur’an pasti sinkron, karena itu mukjizat. Al-Qur’an bukan bikinan manusia, bukan dikarang oleh Nabi Muhammad. Tapi (Al-Qur’an) wahyu dari Allah subhanahu wata’ala,” kata Kiai Misbah.
(Baca: Mustahil Ayat-ayat Al-Qur'an Bertentangan)
Selama Ramadhan 1439 Hijriah, PBNU menggelar shalat tarawih berjamaah. Shalat tarawih diisi dengan ceramah bersama kiai-kiai PBNU. Ceramah juga dapat diikuti sejak pukul 17.00 WIB hingga menjelang buka puasa. Untuk buka puasa, PBNU melalui NU Care-LAZISNU menyediakan makanan pembuka.
Pengamatan NU Online, kegiatan buka puasa dan tarawih bersama diikuti tidak hanya oleh karyawan dan pengurus PBNU, tetapi juga masyarakat dan para pegawai di sekitar Gedung PBNU. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)