Jakarta, NU Online
Umat Islam saat ini telah memasuki bulan Dzulhijjah tahun 1446 H. Di bulan terakhir Hijriah ini, terdapat hari-hari istimewa, di antaranya adalah hari tarwiyah, yakni hari kedelapan dari bulan tersebut.
Ustadz Sunnatullah menjelaskan bahwa setidaknya, ada tiga pandangan mengenai hari kedelapan bulan Dzulhijjah ini dinamakan tarwiyah berdasarkan keterangan Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib. Hal ini sebagaimana termaktub dalam tulisan 'Penamaan Hari Tarwiyah, Arafah dan Keutamaannya', yang dikutip pada Selasa (3/6/2025).
Menurut Fakhruddin ar-Razy, sebagaimana dikutip dari Sunnatullah, makna tarwiyah adalah berpikir atau merenung. Tak pelak, hari Tarwiyah identik dengan keadaan berpikir dan merenung tentang peristiwa yang masih dipenuhi keragu-raguan. Karenanya, ketiga pandangan itu berlatar dari peristiwa perenungan.
Pertama, hal yang melatari penamaan tarwiyah itu peristiwa Nabi Adam yang merenung saat membangun Ka’bah. Diceritakan, Nabi Adam ketika diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika ia membangun, ia berpikir dan berkata, ‘Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?’ Allah swt menjawab: ‘Ketika engkau melakukan thawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama thawafmu.’
Mendengar jawaban tersebut, Nabi Adam as memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan thawaf di sini’. Nabi Adam as memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan tawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah).’
Baca Juga
Ini Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah
Kedua, peristiwa Nabi Ibrahim yang merenung secara mendalam selepas bermimpi diperintah untuk menyembelih putranya. Saat pagi tiba, ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah swt atau dari setan? Ketika malam Arafah, mimpi itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih. Kemudian Nabi Ibrahim as menegaskan bahwa mimpi tersebut betul-betul datang dari Allah swt.
Ketiga, peristiwa orang haji yang merenungi tentang doa-doa yang hendak dipanjatkan pada saat wukuf di Arafah esoknya, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah.