Nasional

Lakpesdam NU Telusuri “Puncak Makrifat Jawa”

Jumat, 27 Juli 2012 | 01:20 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU menggelar peluncuran dan bedah buku “Puncak Makrifat Jawa” karya Muhaji Fikriono, Kamis (26/7) sore, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Acara dilaksanakan atas kerja sama dengan Lembaga Studi Agama dan Budaya Indonesia (LSABI) dan penerbit Nora Books.<>

Hadir sebagai narasumber, antara lain Budayawan Radhar Panca Dahana dan penulis buku Muhaji Fikriono. Diskusi yang dimoderatori dosen filsafat UI Margaretta Koeshendrawati ini cukup hangat dengan peserta dari berbagai latar belakang.

Menurut Radhar, filosofi Jawa sejak awal menciptakan hubungan antara dunia ideal dan dunia aktual sehingga mampu memecahan berbagai persoalan kemanusiaan. Hal ini berbeda dengan tradisi Eropa yang cenderung memisahkan keduanya.

“Ilmu jawa itu berbeda dengan ilmunya Sigmund Freud, misalnya, Horkheimer, Habermas, yang menurut saya berhenti di Meja, berhenti di atas kertas,” ujarnya.

Terkait isi buku, Radhar mempertanyakan upaya penulis menghubung-hubungkan doktrin kejawen dengan ajaran Islam dalam keselarasan. “Mengapa kita tidak memahami ajaran Jawa sebagai sesuatu yang memiliki logikannya sendiri?” katanya.

Menurut Fikriono, pilihan kata “makrifat” dalam judul berkaitan dengan kedalam pengetahuan tentang sesuatu. Ia terinspirasi dari orang sepuh yang pernah ia temui yang menyatakan, al-Qur’an ada yang “kering” dan ada yang “basah”. Al-Qu’an kering artinya mushaf utsmani, sedangkan al-Qur’an basah adalah yang ada dalam diri.

“Dalam buku ini saya juga menyinggung rasa jero (dalam), rasa jobo (luar), dan rasa qadim. Nah, al-Qur’an cair, yang teles (basah) itu yang ada rasa qadimnya itu,” tandasnya.



Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis   : Mahbib Khoiron


Terkait