Pekalongan, NU Online
Lagu genjer genjer yang cukup terkenal di zaman PKI tahun 1965, semalam muncul dan berkumandang di tengah tengah perhelatan peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama Kota Pekalongan.
<>
Lantunan syair Genjer genjer yang tidak sempat dirampungkan itu terpotong oleh alunan Sholawat Badar hingga tuntas dan muncul merupakan bagian dari acara refleksi perjalanan NU Pekalongan dari masa ke masa yang digagas Ketua PCNU Kota Pekalongan H Ahmad Rofiq.
Peringatan Harlah ke 89 yang diselenggarakan di Gedung Aswaja Kota Pekalongan Kamis (28/6) merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Harlah NU tahun 2012 di Kota Pekalongan. sedangkan kegiatan lainnya yakni berupa pengobatan gratis di empat Ranting NU dan donor darah.
Perhelatan peringatan Harlah untuk tahun ini menurut Ahmad Rofiq sengaja dibuat sederhana dengan prinsip tetap menyentuh dua hal yaitu kegiatan keagamaan berupa istighotsah dan pengajian umum, sedangkan kegiatan sosial berupa pengobatan gratis dan donor darah.
Menurut Rofiq, meski dikemas secara sederhana, akan tetapi kemasan acara seperti fefleksi perjalanan NU Pekalongan dengan tema "napak jejak NU Kota Pekalongan,kemarin kini dan esok" mampu menyedot perhatian pengunjung terutama peran serta warga NU di dalam penumpasan G 30 S /PKI di wilayah Pekalongan dan sekitarnya.
"Sudah saatnya generasi muda NU mendapatkan informasi yang benar tentang perjalanan NU di Kota Pekalongan, apalagi pada tahun 1930 Pekalongan pernah menjadi tuan rumah Muktamar ke-5 NU," ujar Rofiq.
Meski kontribusi Nahdlatul Ulama di Kota Pekalongan sejak sebelum kemerdekaan, pasca kemerdekaan dan tahun 1965 cukup besar terhadap bangsa dan negara, NU tidak pernah minta imbalan apapun kepada pemerintah.
Ketika tugas negara sudah selesai, para kiyai kembali ke pesantren melakukan tugas harian mengasuh para santri dari zaman ke zaman dan beliau tidak pernah melakukan tuntutan apalagi dengan demo seperti yang dilakukan generasi zaman sekarang, ujar Zainal Muhibbin penulis naskah refleksi.
Menurut Zainal, apa yang telah dilakukan NU untuk membela negara sejak pra kemerdekaan, saat ini hingga masa yang akan datang adalah semata mata untuk membela agar NKRI tetap utuh di bawah kawalan Nahdlatul Ulama.
Meski persiapannya cukup mepet dan masih ada beberapa catatan yang belum masuk dalam naskahnya, pengunjung dibuat terkesima atas penampilan refleksi yang dilkukan secara manual. Bahkan ada beberapa pengunjung meminta fefleksi NU dibuat dalam versi VCD nya agar anak didik khususnya yang bersekolah di lingkungan LP Ma'arif NU dapat mempelajarinya dan generasi penerus NU tidak kehilangan fakta yang tidak ditulis dalam sejarah Indonesia.
Hadir memberikan tausiyah yakni Ketua Umum Pimpinan Pusat Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama KH Abdul Manan dan Mustasyar PCNU Kota Pekalongan KH Akrom Sofwan yang didengar ribuan pengunjung dari wilayah Kota Pekalongan dan sekitarnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muiz PK