Nasional

Kiai Said: Musuh Islam adalah Kezaliman

Selasa, 10 April 2018 | 13:30 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdliyin harus memegang prinsip dari dawuh Kanjeng Nabi Muhammad yang selalu disampaikan setiap khutbah Jum'at. Yakni tidak boleh ada permusuhan karena perbedaan, kecuali kepada orang zalim atau yang melanggar hukum. 

Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj saat menerima kunjungan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan di Gedung PBNU lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (10/4).

"Prinsip NU itu tawassuth dan tasamuh, moderat dan toleran. Kemudian Tri Ukhuwah. Ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah, dan Insaniyah. Kalau jumpa dengan orang Arab, itu saudara saya. Jumpa dengan Batak, Dayak, Jawa, itu saudara saya," katanya. 

Karenanya, Kiai Said menegaskan bahwa NU tidak pernah punya musuh. Lebih jauh, tidak ada peluang untuk warga NU berbuat radikal. Semua orang adalah saudara. Ketika bertemu dengan sesama warga Indonesia, itu saudara. Saat bertemu dengan orang Arab, Barat, dan Eropa, itu juga saudara. 

"Kalau hal itu terus dipertahankan, maka Insyaallah NU akan menjadi rujukan untuk membangun peradaban dunia yang mengedepankan persaudaraan," tegasnya. 

Di Timur Tengah, lanjut Kiai Said, banyak orang pintar tapi selalu pecah dan tidak mampu membangun kebersamaan. Sementara di Indonesia hanya sedikit saja orang pintar tapi mampu membuat dan membangun perdamaian. 

"Kita bisa hidup bersama, membangun negara dan agama. Jadi, itu harus menjadi rujukan. Yakni, Islam Nusantara. Islam yang menghormati perbedaan dan menghargai budaya, selama tidak melanggar syariat Islam," kata Kiai asal Cirebon itu. 

Syukuran laut atau yang umum disebut budaya nyadran, tidak menjadi masalah kalau diisi dengan pengajian yang berasal dari Al-Qur'an. Menjemput Dewi Sri, sebutan bagi dewa perempuan yang membantu kesuburan tanah, tidak masalah. 

"Budaya seks bebas, minum-minum, mabuk-mabukan, narkoba, itu yang harus kita lawan, karena melanggar syariat Islam," katanya. 

Selama seperti itu, ia yakin bahwa NU tidak akan bubar selamanya. Kalau NU tidak bubar, Indonesia juga tidak akan bubar. Intinya, ia menganjurkan kepada yang hadir, warga NU harus rajin ibadah, istighotsah, dan mengaji. 

"Indonesia bakal bubar itu kalau bangsanya kafir. Contoh, Fir'aun yang mengaku sebagai Tuhan, bubar. Uni Soviet yang komunis juga bubar. Jerman Timur dan Yugoslavia pun bubar," pungkasnya. (Aru Elgete/Muiz)


Terkait