Probolinggo, NU Online
Keluarga besar Pesantren Nurul Qodim Desa Kalikajar Kulon Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo, Jawa Timuur berduka. Sebab pada Selasa (30/12), pengasuh pesantren tersebut, KH Nuruddin Musyiri wafat pada usia 80 tahun.
<>
Kiai Nuruddin meninggalkan 6 anak dari pernikahan dengan Almarhumah Hj. Salamah yang wafat 2 tahun lalu. Tidak hanya itu, almarhum juga meninggalkan pesantren beserta ribuan santri.
Setelah disemayamkan dan disholatkan di masjid lingkungan pesantren, jenazah almarhum di makamkan sekitar pukul 11.00 WIB di pemakaman keluarga pesantren.
Kiai Nuruddin mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 03.00 WIB di kamarnya. Padahal sebelumnya beliau dalam keadaan sehat. Dan hanya mengeluh sakit perut sekitar pukul 02.00 WIB. Oleh karenanya, beliau langsung berdzikir di ruang tamu.
“Beliau sehat. Pukul 02.00 WIB, tiba-tiba merasa sakit perut. Tetapi beliau langsung duduk di ruang tamu berdzikir. Karena kebiasaan beliau, kalau sakit langsung dibawa dzikir,” ujar Abdul Hadi Nur, putra keempat almarhum.
Menurutnya, setelah sekitar setengah jam berdzikir almarhum meminta diantarkan ke kamar. Tidak lama kemudian, Kiai Nuruddin berbaring dan langsung wafat. “Memang beliau sering berkata tidak ingin merepotkan orang lain saat wafat. Ternyata keinginannya terbukti, tidak sakit sebelumnya, beliau wafat setelah berdzikir,” jelasnya.
Di mata keluarga dan para santri kata Non Hadi, almarhum merupakan kiai yang istiqomah dan gigih dalam memperjuangkan agama Islam. Selain itu, beliau juga selalu ikhlas. “Semua yang dikerjakan menjadi tauladan bagi keluarga dan para santri,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)