Nasional

Khofifah Dorong Warga Muslimat NU Ciptakan 4 Hal Ini

Senin, 1 Mei 2017 | 15:00 WIB

Ciamis, NU Online
Sejumlah pekerjaan rumah (PR) ditugaskan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa kepada seluruh warga Muslimat NU. 

Selama dua hari kunjungan ke Provinsi Jawa Barat, Ahad-Senin (30/4 - 1/5) Khofifah yang juga Menteri Sosial tersebut berkunjung ke Pondok Pesantren Cipasung Kabupaten Tasikmalaya, Mesjid Agung Kota Tasikmalaya, dan Pendopo Bupati Kabupaten Ciamis. Khofifah sedianya menghadiri perayaan Hari Lahir Muslimat NU ke 71. 

Di hadapan ribuan warga Muslimat NU, Khofifah meminta ibu-ibu Muslimat senantiasa munajatkan doa untuk bangsa agar terwujud empat hal yaitu suasana damai, harmoni, tenang dan aman. 

"Mari kita ciptakan kedamaian, persaudaraan, persatuan dan ketenangan, bagi bangsa kita ," ungkapnya. 

Menurut Khofifah, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan memperbanyak kegiatan di masjid. Tujuannya, untuk memakmurkan dan menjaga kesucian masjid sebagai tempat beribadah yang mempersatukan ummat agar beribadah lebih khusyuk. Bukan menjadikan masjid sebagai tempat menebar pesan permusuhan dan kebencian terhadap umat manusia lain. 

Khofifah mengatakan, menjaga NKRI adalah kewajiban setiap warga negara yang harus dimulai dengan komitmen yang kuat, pikiran yang teguh dan tindakan nyata. 

“Sebagai umat Islam kita harus sadar bahwa beribadah tidak akan tenang kalau negara kita tidak aman. Ini patut menjadi refleksi bersama,” kata dia.

Dalam acara tersebut, Khofifah mengutip Al-Quran Surat Al Anfaal ayat 9 yang menerangkan bahwa hendaknya manusia senantiasa bermunajat kepada Allah SWT, meminta pertolongan dalam menghadapi berbagai ancaman yang bisa menganggu keutuhan negara.

"Agar Allah menurunkan para malaikat Nya guna membantu Indonesia agar negeri ini aman, tenang dan damai dan keutuhan NKRI terjaga," ujarnya. 

Khofifah menambahkan, perbedaan yang ada ditengah-tengah umat hendaknya dimaknai sebagai rahmat dan anugerah. Menyikapinya, bukan dengan cara memusuhi, namun dengan mengedepankan sikap toleransi dan saling menasehati.

"Bagi saya toleransi ini adalah keniscayaan, yang mana di dalamnya ada kesediaan diri dan kemampuan untuk memahami perbedaan sekaligus menghargai perbedaan tersebut," imbuhnya. 

Zakat instrumen atasi kemiskinan

Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyampaikan peranan zakat sebagai salah satu sumber dana potensial yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Jika kita ambil 2,5 persen saja, tentunya sudah mendapat nilai yang besar, belum lagi potensi wakaf," paparnya. 

"Berdasarkan perhitungan Baznas, ada potensi hingga Rp 217 Triliun yang bersumber dari zakat yang jika dita' ati oleh muzakki ( pembayar zakat) dan dikelola dengan baik bisa ikut memaksimalkan program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat " tambah khofifah. 

Diungkapkan Khofifah, potensi tersebut menjadi "kecil" karena tidak sedikit umat Islam yang mengesampingkan kewajiban berzakat dibandingkan dengan empat rukun Islam lainnya. Karena itu, masih perlu berbagai upaya untuk mengajak umat islam berzakat, mengingat bulan romadlon sudah dekat dan pada umumnya umat Islam mengeluarkan zakat pada bulan Romadlon.

Karena itu dia berharap, Muslimat NU bisa mengambil peran dalam ikut menggenjot potensi penerimaan zakat. Tidak mudah memang, namun dirinya optismtis hal tersebut bisa dilakukan mengingat Muslimat NU memilki banyak anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. (Red: Fathoni)


Terkait