Demak, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, KH Yusuf Chudlori menjelaskan bahwa keislaman seseorang belum sempurna sebelum melakukan jihad. Namun, ia juga menegaskan bahwa jihad tidak selalu bermakna perang.
“Jihad tidak selalu bermakna perang,” tegasnya.
Hal itu disampaikan KH Yusuf Chudlori dalam acara Temu Alumni Futuhiyyah se-Kabupaten Demak dan Ijazah Kubro Manaqib Syaikh Abdul Qodir Jilani di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak Jawa Tengah pada Ahad (6/1).
Dalam acara yang dihadiri ratusan jamaah, para kiai, dan santri Mranggen itu, KH Yusuf Chudlori juga menuturkan bahwa setiap orang bisa melakukan jihad sesuai dengan kemampuannya. Bisa dengan biaya, tenaga, atau ilmu. Bahkan, menurutnya, bagi santri, jihad yang utama adalah dengan ilmu.
“Kewajiban utama santri itu nasyrul ilmi (menyebarkan ilmu),” ujarnya.
Jihad dengan ilmu, menurut KH Yusuf Chudlori menjadi sangat penting dan relevan dengan kondisi keagamaan masyarakat saat ini. Sebab, kata dia, masyarakat butuh agama.
“Sayangnya, banyak masyarakat yang belajar agama lewat YouTube, Google, dan media sosial,” ucapnya.
Bagi KH Yusuf Chudlori, ini adalah tantangan yang besar untuk santri. Karenanya, ia berpesan kepada para santri agar tidak bosan-bosan mendakwahkan Islam moderat.
“Begitu lulus dari pesantren, santri harus mengajar meskipun hanya alif ba ta,” pungkasnya. (Moh. Salapudin/Abdullah Alawi)