Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maimoen Zubair memberikan testimoninya terhadap sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat memberikan sambutan pada Haul ke-9 Gus Dur, Jumat (21/12) malam di Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan.
Ulama kharismatik berusia 90 tahun tersebut bercerita bahwa Gus Dur berkunjung ke Pesantren Al-Anwar Sarang dan meminta Mbah Maimoen untuk membaca kitab Tadzkirah karangan Syekh Nawawi sebelum dirinya berangkat belajar ke Mesir.
“Gus Dur ke Sarang untuk membaca kitab Tadzkirah sebelum ke Mesir, Baghdad, dan Eropa,” tutur Mbah Maimoen di hadapan sekitar 7.000 jamaah yang menghadiri haul Gus Dur di Ciganjur.
Sepulang dari belajarnya di luar negeri, Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU dan mengajak Mbah Moen untuk mengabdi di NU.
“Gus Dur yang membuat saya bergabung di (kepengurusan) PBNU,” terang Mbah Maimoen.
Namun, dia tidak mengisahkan lebih lanjut kenapa Gus Dur memilih berkunjung ke Sarang dan membaca kitab Tadzkirah. Ia hanya menegaskan bahwa Gus Dur merupakan sosok dengan peneguhan nilai kemanusiaan yang tinggi.
Ia menyebut Gus Dur sangat memahami nilai-nilai kemanusiaan (insaniyah). Ia juga sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kemudian menggunakan asas kemanusiaan untuk menyatukan manusia.
Dalam kegiatan bertema Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan ini, Mbah Maimoen juga menyebut bahwa Gus Dur adalah orang yang begitu memahami kapan saatnya manusia dinilai. Manusia dimulai ketika ia telah wafat.
Waktu meninggal inilah seseorang bisa dilihat nilainya. Seperti Gus Dur yang selalu diperingati hari wafatnya menunjukkan ia orang yang sangat dicintai. Kita menyebutnya sebagai haul.
Mbah Maimoen mengingatkan kita semua bahwa kemanusiaan harus diletakkan di atas segala hal. Karena jika kita mencintai manusia dan memanusiakan manusia, kita akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
"Saya yakin keberadaan hadirin di sini karena kecintaannya kepada Gus Dur," ucap Mbah Maimoen yang juga menekankan pentingnya meneguhkan pilar-pilar kebangsaan untuk menegakkan agama dan membangun kemanusiaan. (Fathoni)