Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, pada awal kelahiran Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan bersahabat dengan KH Hasyim Asyari, tokoh Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Taman Siswa. Menurutnya, persahabatan mereka merupakan suatu kekayaan tersendiri.
"Mereka dari awal sudah menyatu di dalam keindonesiaan, di dalam kenusantaraan untuk perjuangan kemerdekaan," katanya saat berkunjung ke Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (23/3).
Menurutnya, Islam di Indonesia mempunyai dua sisi, selain menjadi rahmat bagi semesta alam, juga menyatu dan memiliki visi kebangsaan dan keindonesiaan.
"Pada momentum yang sangat kritis, NU yang diwakili Pak Wahid Hasyim, kemudian Muhammadiyah diwakili Pak Kahar Muzakkir. Masih muda kedua-duanya juga. Itu tetap membangun keislaman dan keindonesiaan dalam satu keutuhan," ujarnya.
Haedar juga sempat menyinggung lahirnya Masyumi. Menurutnya, sekalipun terdapat dinamika politik, tapi kelahiran Masyumi merupakan cita-cita bersama dan satu nafas dalam komitmen keindonesiaan. Kebersamaan itu karakter masyarakat Indonesia.
"Jadi, biarpun kita bermacam-macam aliran, paham, golongan tetapi kita menjadi Indonesia," ujarnya.
Pada forum yang bertemakan Mewujudkan Islam yang Damai dan Toleran Menuju Indonesia yang Berkeadilan itu, Haedar menekankan agar selalu mengisi kemerdekaan Indonesia. Muslim sebagai mayoritas warga negara di Indonesia, katanya, harus maju dan mengalami transformasi.
"Saya pikir Kiai Hasyim (pendiri NU) juga bangga ketika ketua umumnya pada bicara tentang transformasi. Itu kan lompatan luar biasa," katanya.
Ia berharap, pertemuan ini tidak bersifat sementara, tetapi menjadi ajang untuk membangun Islam Indonesia yang kebersamaan, maju, dan menjadi rahmat.
"Kebersamaan kita, Insyaallah akan terus," tandasnya. (Husni Salah/Ibnu Nawawi)