Tegal, NU Online
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia PCNU Kota Tegal Drs Atmo Tan Sidik meraih penghargaan Pelestari Dan Pengembang Warisan Budaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
<>
Atmo dipandang layak sebagai penerima penghargaan tersebut karena telah komitemen pada dunia seni dan budaya di Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes Jawa Tengah.
Budayawan pantura ini mengaku terkaget-kaget bercampur bahagia. Bukan tanpa alasan, kedatangan surat dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI menyentak dirinya. "Jujur saja, saya kaget sekali. Awalnya, saya kira ini hanya guyonan saja, tapi sepertinya memang betul," kata Atmo di ruang kerjanya bagian Humas dan Protokol Setda Kab Brebes ketika menerima surat pemberitahuan Jumat (8/8/14) Senin (4/8).
Dalam surat pertanggal 24 Juli 2014 itu, Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kemendikbud menunjuk Atmo Tan Sidik sebagai salah satu penerima Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi (AKPM) tahun 2014, dalam kategori Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya.
Dia akan berjejer bersama sejumlah tokoh dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya Gol A Agong (sastrawan), Merdeka Gedoan (Sulawesi Utara), Sorimangaraja Sitanggang (Samosir, Sumatera Utara), Tengku Nasarudin Said Efendi (Pekanbaru, Riau) dan sebagainya.
Secara resmi, Atmo akan menerima anugerah tersebut melalui SK Mendikbud yang rencananya akan digelar pada 3 Oktober 2014 mendatang di Pusat Perfilman Usmar Ismail Jakarta. Atmo mengaku haru dan berbangga hati. Perjuangan dan perhatiannya yang besar terhadap kearifan budaya lokal Brebes-Tegalan mendapat perhatian dari khalayak nasional.
Apalagi di tengah kebangkitan kearifan lokal, bahasa lokal daerahnya yang selama ini kerap dijadikan bahan olok-olok dan pelecehan pihak tertentu. Di sela kesibukannya mengabdi sebagai PNS di Pemkab Brebes, Atmo yang juga Kabag Humas dan Protokol itu tetap bergeliat dalam ruang ekspresi berkesenian, khususnya sastra Tegalan.
Dirinya juga kerap menghidupkan tradisi nenek moyang yang nyaris dilupakan orang kekinian, sebut saja boyong kentongan, manten sunat, puputan langgar dan tradisi lainnya.
Penulis buku berbahasa daerah, Dikendangi Wong Edan Aja Njoged ini juga kerap mencetuskan ide segar terkait aktivitas seni budaya di daerahnya. Ia juga menjadi obor bagi geliat kebangkitan revolusi bahasa daerahnya.
Atmo sendiri dikenal sebagai maniak buku sejak masa mudanya. Perbendaharaan dan koleksi bukunya sudah ribuan jenis. Tak heran jika Atmo bisa memahami banyak pengetahuan. Ia pun banyak disebut-sebut sebagai Ensiklopedia yang berjalan. Soal menulis, karyanya pun banyak berserakan di sejumlah media cetak. (wasdiun/abdullah alawi)