Nasional

Ketika Nabi Muhammad Mengobati Dirinya Sendiri

Ahad, 6 Januari 2019 | 09:14 WIB

Ketika Nabi Muhammad Mengobati Dirinya Sendiri

Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar

Bekasi, NU Online
Ketika Rasulullah SAW sedang sakit, maka Nabi membaca sendiri surat mu’awwidzat untuk mengobati dirinya. Dikabarkan, jika Nabi sakit yang sekiranya tidak parah maka rukyah tersebut dibaca sendiri.

Itulah penjelasan Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, saat mengaji kitab karyanya Al-Muqtathofat li Ahlil Bidayat, bab enam tentang tawassul dan tabarruk, di Masjid Agung Al-Barkah Alun-alun Kota Bekasi, Sabtu (5/1).

“Dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Rincinya, masing-masing surat itu dibaca sekali lalu ditiupkan ke tangannya dan kemudian diusapkan ke sekujur tubuh yang terjangkau oleh tangan. Itu diulangi hingga tiga kali,” jelas Kiai Marzuki.

Ia kemudian mengajak hadirin untuk mencontoh perilaku Nabi yang tidak manja ketika sakit. “Nabi itu kalau sakitnya tidak terlalu parah, diobati sendiri. Kalau kita, sakit sedikit saja langsung berobat ke dokter,” kata kiai yang pernah menjabat Ketua PCNU Kota Malang ini.

Manakala sakit Nabi kian parah, lanjut Kiai Mustamar, sehingga tidak bisa mengobati dirinya sendiri, maka Siti Aisyah yang membacakan ruqyah itu.

“Namun yang aku usapkan adalah tangan Nabi,” kata Siti Aisyah direpresentasikan oleh Kiai Mustamar.

Sementara yang membaca Siti Aisyah, tapi yang diusap-usapkan bukan badannya. Melainkan tangan Nabi.

“Kenapa kok tidak tangannya Aisyah saja? Karena mengharap berkah tangannya Kanjeng Nabi,” terang Pengasuh Pondok Sabilurrosyad, Gasek, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur ini.

Kiai Marzuki menegaskan, sejak zaman Nabi sudah ada tradisi tabarruk. Namun dengan satu keyakinan bahwa hanya Allah yang memberikan takdir dan menciptakan keberkahan itu.

“Tapi Allah tidak bakal menurunkan keberkahan lewat fir’aun, Abu Jahal, dan ahli maksiat. Keberkahan itu Allah ciptakan dan diturunkan lewat orang-orang saleh,” jelasnya.

Perbuatan tersebut (tabarruk), imbuh Kiai Marzuki, tidak musyrik. Sebab meyakini bahwa Allah yang menciptakan keberkahan.

“(Juga) tidak sesat karena itu atas petunjuk Kanjeng Nabi dan haditsnya sahih,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Kiai Marzuki Mustamar sudah mendatangi sekitar 167 wilayah se-Indonesia untuk mengkaji kitab yang dikarangnya itu sebagai wujud untuk membentengi warga NU saat diserang berbagai tuduhan bid’ah, syirik, dan sesat.

Pada kesempatan itu, hadir Rais Syuriyah PCNU Kota Bekasi KH Mir’an Syamsuri, Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Bekasi KH Madinah.

Hadir pula Koordinator Nasional Densus 26 KH Umaruddin Masdar dan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia M Hanif Dhakiri, serta ratusan warga NU se-Kota Bekasi yang memadati tempat berlangsungnya acara. (Aru Elgete/Fathoni)


Terkait