Jaga Toleransi, Kesadaran Keragaman harus Ditanamkan Sejak Dini
Selasa, 16 Oktober 2012 | 05:00 WIB
Temanggung, NU Online
Kabupaten Temanggung memiliki kerawanan cukup tinggi dalam konflik sosial horizontal. Beberapa kejadian sebelumnya telah membawa citra daerah penghasil tembakau ini sebagai daerah rawan.
<>
Namun, tidak sepenuhnya anggapan tersebut benar karena terbukti di daerah ini tingkat toleransi cukup tinggi. Untuk mengatasi kejadian kerusuhan atas dasar agama, toleransi dan kesadaran keragaman harus ditanamkan sejak dini.
Hal tersebut disampaikan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid dalam seminar yang bertajuk Beragam Yang Toleran yang diselenggarakan di Pendopo Pengayoman Temanggung, pagi kemarin (15/10).
Sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut aktivis KMNU Jawa Tengah, M. Arif Ruba’i, Ketua MUI Temanggung, KH Yakub Mubarok dan Penulis Buku Irwan Masduqi. Hadir seluruh FKPD Temanggung, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Ia mengatakan, sebenarnya perpecahan dan kerusuhan atas nama apapun tidak boleh terjadi asalkan prinsip saling menghormati dipegang kuat. “Tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan umatnya untuk berbuat merugikan orang lain,” terang putri pertama mantan presiden KH Abdurrahman Wahid ini.
Dalam seminar yang dimoderatori wartawan Radar Semarang ini, Alissa memaparkan, potensi perpecahan kelompok di Indonesia cukup besar. Hal tersebut sangat memprihatinkan sebab sebenarnya keragaman dan perbedaan justru merupakan cikal bakal negara Indonesia. “Sejarahnya, antar suku dan agama yang berbeda sepakat mendirikan negara Indonesia, jadi tidak perlu disoal,” terangnya.
Dikatakan, dampak dari konflik antar kelompok tersebut berpengaruh terhadap indeks pembangunan manausia (IPM) dan kemajuan perekonomian nasional.
“Ketika negara lain sudah memperbincangkan tentang bagaimana meningkatkan perkonomian dan membangun sumber daya manusia, kita masih disibukkan dengan sesuatu yang sebenarnya sudah final, persatuan dalam perbedaan. Ini menjadi tidak efektif,” terangnya.
Sementara itu, M Arif Rubai menyoroti, terdapat peta politik global yang menyebabkan terjadinya toleransi beragama di Indonesia mengalami kegoncangan. Faktor yang mendasari adalah faktor ekonomi dan permodalan. “Faktanya, wilayah yang paling banyak terjadi kerusuhan adalah daerah penghasil minyak besar seperti Irak, Afghanistan dan daerah Timur Tengah lainnya,” katanya.
Wakil Bupati Temanggung, Budiarto, dalam kesempatan tersebut mengatakan, pihaknya sangat respek dengan kegiatan tersebut. Hal tersebut merupakan upaya untuk merekatkan hubungan antar kelompok dan agama di wilayah penghasil tembakau ini.
“Ini harus dipertahankan, apalagi sebentar lagi ada Pilkada. Jangan sampai masyarakat terpecah belah. Harus tetap bersatu dan rukun meskipun berbeda-beda, termasuk berbeda pilihan,” tandasnya.
Redaktur: Mukafi Niam