Jakarta, NU Online
Islam Nusantara menjadi kiblat baru dunia Islam. Warna Islam Nusantara yang khas menjadi rujukan dunia Islam. Karena, muslim di Indonesia memiliki kecerdasan berlebih di dalam mengaplikasikan dasar Islam; Alquran dan hadits sebagai budaya keseharian.
<>
Demikian dikatakan Direktur Pascasarjana Program Magister (PPM) STAINU Jakarta, Ishom Yusqi di Pesantren Ats-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan, Jum`at (1/11).
Dalam ‘membangkitkan’ Islam Nusantara, Ishom Yusqi menyampaikan konsep integrasi dan interkoneksi 3 pilar, yaitu perdaban ilmu dan teks, peradaban seni dan budaya serta peradaban kearifan lokal.
“Peradaban ilmu dan teks sumbernya Alquran dan hadits,” kata Ishom.Peradaban Seni dan Budaya, tambah Ishom, penting dikembangkan karena hal itu merupakan kekayaan yang mesti dilestarikan. Ia mengambil contoh Negara Arab Saudi yang terlalu mengedepankan peradaban ilmu dan teks. Di saat yang sama mereka mengesampingkan peradaban seni dan budaya sehingga membuat Negara itu “kering” dari peradaban seni dan budaya.
Di Arab itu jilbab ya gitu-gitu aja, coba di Indonesia pergi ke Tanah Abang jilbab udah macem-macem modelnya. Di sana laki-laki pakaiannya putih semua. Di Indonesia ada macem-macem batik. Di kita ada shalawatan, MTQ, bayati Qoror, bayati Nawa. Di sana ya murattal saja, imbuhnya.
Ishom pun mengkritik mayoritas masyarakat Arab yang menganggap, masyarakat Islam selain mereka adalah masyarakat kelas dua. Alasannya, adalah Islam turunnya di Arab.
Kalau Islam Indonesia tidak menganggap orang Arab, Eropa, Afrika atau yang lainnya sebagai kelas dua. Semuanya sama.
Pilar terakhir yang dikemukakan adalah peradaban wisdom local (kearifan lokal). Sebagaimana diketahui bahwa sejak dahulu ulama nusantara selalu akomodatif terhadap kearifan lokal. Karena, di dalam kearifan lokal itu selalu disisipkan nilai-nilai keislaman sehingga tidak mudah menganggap hal itu sebagai bid`ah.
Islam nusantara mesti bangkit, dikaji, ditunjukan kepada masyarakat dunia bahwa Islam nusantara tidak kalah dengan Islam yang lain. Islam Nusantara berbudaya, memiliki karakter yang ramah dan santun, pungkasnya. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)