Nasional

IPNU DKI Adakan Workshop Anti Radikalisme

Selasa, 20 November 2012 | 11:47 WIB

Jakarta, NU Online
Sejak terjadinya peristiwa pengeboman terhadap gedung WTC pada 11 September 2001 lalu, genderang tuduhan teroris yang dilontarkan kepada kaum muslimin pun terus meningkat, hal ini mengundang respon penolakan terhadap Amerika dan sekutunya. Tak heran aksi-aksi radikalisme dan tindakan kekerasan pun dapat kita temui dengan mudah di kalangan masyarakat kita. <>

Merespon kondisi yang demikian buruk itu, Pimpinan Wilayah IPNU DKI Jakarta mengadakan Konsolidasi Organisasi dan Workshop Menangkal Radikalisme di Kalangan Pelajar di Hotel Maharani yang dilaksanakan pada 17-18 November 2012.  

Dalam beberapa penelitian, ditemukan fakta bahwa aksi gerakan dan jaringan radikalisme Islam telah lama melakukan penetrasi ke level sekolahan. Siswa-siswi yang masih sangat awam soal pemahaman agama dan secara psikologis tengah mencari identitas diri ini menjadi lahan yang diincar pendukung ideologi radikalisme. Targetnya bahkan menguasai organisasi-organisasi siswa intra sekolah atau bagian rohani Islam. 

Hery Susanto, Ketua PW IPNU DKI Jakarta berpendapat, jaringan ini telah mengakar  dan menyebar di pelbagai sekolah, sehingga perlu dikaji dan direspon secara serius, baik oleh pihak sekolah, pemerintah maupun pihak orang tua. Tetapi yang lebih harus diwaspadai adalah ketika ada penyebar ideology radikal yang memanfaatkan simbol, sentiment dan baju Islam untuk melakukan brain wash kepada mereka yang masih pemula belajar agama untuk tujuan yang justeru merusak agama dan menimbulkan konflik.

Workshop yang diikuti oleh seluruh Pengurus Cabang dan Pengurus Wilayah IPNU DKI Jakarta serta pengurus OSIS dan Rohis sekolah tersebut, diharapkan dapat dengan tepat disampaikan kepada para siswa untuk terus membangun pemahaman bahwa radikalisme, ekstrimisme dan terorisme merupakan masalah dan ancaman serius bagi keamanan, kehidupan sosial dan kehidupan keagamaan.

Selain itu, kegiatan workshop ini juga diharapkan dapat memelihara dan memperkuat cara pandang keagamaan yang moderat, inclusive dan toleran di kalangan remaja dan pemuda untuk mengcounter penyebaran pemahaman radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Juga membangun dan memelihara kerjasama yang berkelanjutan diantara kalangan remaja dan pemuda khususnya dalam upaya nyata mengcounter penyebaran pemahaman radikalisme, ekstrimisme dan terorisme.

Kita prihatin dengan begitu banyak pemuda saat ini yang gamang dalam kehidupannya karena factor komunikasi antara anggota keluarga yang ada, perkembangan Jakarta yang begitu pesat mempengaruhi pola hidup bagaimana kita komunikasi dengan keluarga. Ini fenomena yang ada yang harus kita sikapi bersama dan kita harus mengetahui secara utuh pola hidup kita. 

Pada kesempatan yang sama intelektual muda NU, KH. Kholil Nafis berkomentar, kalau berbicara terorisme tidak mungkin masuk ke IPNU karena sejak kecil anak-anak kita sudah diajarkan agama sedangkan yang menjadi sasaran empuk mereka adalah anak remaja yang baru mengenal agama. 

“Pemuda akan menjadi potensi ketika ada isinya tapi akan menjadi malapetaka ketika terjadi kekosongan dalam sisi kwalitas. Harus ada terobosan baru pemuda yang menjadi penggerak, sekarang IPNU posisinya ke depan harus dievaluasi mau apa, jangan hanya menjadi pengikut tetapi harus jadi pemimpin yang bisa dijadikan barometer” tegas Kiai Kholil

Dam upaya menangkal virus radikalisme, Kyai Kholil berpandangan bahwa pendidikan keluarga dan peran orangtua yang paling penting. Sesibuk apapun orangtua, jangan sampai lupakan keluarga, karena keluarga berperan penting untuk menangkal terorisme dan radikalisme ditingkatan remaja. Para orangtua harus melakukan dialog, komunikasi efektif, dan diskusi tentang bahaya laten terorisme dan radikalisme.

Selain lingkungan keluarga, yang berperan penting untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme adalah lingkungan masyarakat sekitar, seperti memberdayakan lembaga RT/RW. Dengan ini, maka potensi remaja bisa tersalurkan, dan generasi muda tidak terjebak pada paham terorisme dan radikalisme. 


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Zakaria


Terkait