Nasional

Hati-hati, ISIS Bakal Lebih Banyak Lakukan Serangan di Luar Suriah dan Iraq

Rabu, 25 Mei 2016 | 22:00 WIB

Jakarta, NU Online
Peneliti di Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia, Solahudin mengungkapkan, dari tahun 2000 hingga 2015 telah terjadi lebih dari 260 kasus terorisme di Indonesia dengan jumlah pelaku teror yang ditangkap mencapai lebih dari seribu orang.

“Selain itu bentuk serangan terorisme juga lebih variatif dengan berbagai model teror baru yang mereka lakukan seperti penggunaan racun, pembakaran, assassination (pembunuhan), pengeboman, dan lain-lain,” kata Solahudin dalam Short Course bertajuk "Penguatan Perspektif Korban Peliputan Isi Terorisme Bagi Insan Media" di Hotel Ibis Budget, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/5).

Solahudin menambahkan, pendanaan terorisme juga tak selalu tergantung dengan dana luar negeri, akan tetapi mereka (kelompok teroris) berhasil menggali dana-dana lokal. 

Sementara target serangan pun lebih variatif. Apabila dahulu target serangan berupa far enemy (musuh jauh, dalam hal ini Amerika Serikat), kemudian bergeser ke polisi, dan kini mulai mencoba target gabungan yaitu far enemy, polisi, juga kelompok Syiah.

“Meskipun begitu secara kualitas aksi terorisme menurun ketimbang terorisme di awal tahun 2000, karena sebagian dari mereka kini menganggap jihad di Syria lebih prioritas ketimbang jihad di Indonesia,” terang Solahudin. 

Solahudin menyebut temuan polisi yang mengatakan ada 480 warga Indonesia yang kini berada di Suriah. Tetapi, jumlah tersebut mungkin lebih besar karena sebagian dari mereka berangkat dari Turki dan Yaman. Warga Indonesia mayoritas bergabung dengan ISIS, dan sebagian bergabung dengan Jabhah Nusroh (Al-Qaeda).

Menurut Solahudin ada sejumlah alasan mengapa mereka menuju Suriah dan bergabung dengan ISIS, diantaranya adanya nubuwat soal Suriah dan ISIS dianggap khilafah ala minhajin Nubuwwah (ramalam akhir zaman).

Alasan lainnya adalah ISIS dipandang sebagai kelompok yang memiliki komitmen tinggi menegakan syariat Islam. Jihad di Suriah dipandang sebagai jihad bintang lima, dan kewajiban hijrah serta kerinduan hidup di bawah naungan khilafah.

Di Indonesia sendiri, lanjut Solahudin, tantangan ISIS ke depan masih besar.  Apalagi  dengan keluarnya ‘fatwa maut’ tokoh kunci ISIS Indonesia, Aman Abdurrahman yang menyerukan agar berhijrah ke daulah Islam (Suriah).

Selanjutnya ada strategi perang global yang menuntut serangan teror dikonsentrasikan di luar Suriah dan Iraq. Pasalnya di negara tersebut ISIS semakin terdesak. Selain itu adanya kompetisi antara faksi pendukung ISIS yang berebut mendapat recognition (pengakuan) dari ISIS pusat membuat masing-masing faksi berlomba-lomba melakukan aksi teror. (Kendi Setiawan/Zunus)


Terkait