Semarang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri atau disapa Gus Mus menerima penghargaan dari kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, Kamis (29/3) kemarin.
Gus Mus diberikan anugerah Upakarti Parama Bhujangga karena dinilai telah memberi kontribusi besar di bidang kesusastraan Indonesia. Pemberian kehormatan itu diberikan dalam peringatan Dies Natalis ke-53 Unnes di auditorium kampus tersebut.
Selain Gus Mus, Unnes juga memberikan penghargaan Upakarti Prabaswara Mandala kepada Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
Rektor Unnes Prof Faturrokhman mengatakan, penghargaan diberikan karena dua sosok itu dinilai telah berkontribusi nyata sesuai visi misi Unnes di bidang konservasi.
"Gus Mus itu seorang ulama, budayawan, sastrawan. Beliau aset nasional yang (berhasil) menembus dunia, dan itu sekarang mulai jarang. Nilai yang dimiliki Gus Mus agar dilestarikan salah satunya melalui penghargaan," kata Fatur sesuai peringatan Dies Natalis dilansir Antara.
Unnes berharap, nilai yang dimiliki Gus Mus dapat diikuti baik masyakat di berbagai elemen. "Biar menjadi motivasi agar diikuti sastrawan, budayawan di Indonesia," ucapnya.
Sementara itu, penghargaan diberikan untuk Hendrar karena kontribusinya menciptakan kawasan hijau di Semarang.
Program Pemerintah Kota Semarang mengurangi kawasan kumuh dan menata bantaran kali dinilai sebagai bagian dari konservasi lingkungan.
"Award agar menjadi inspirasi bagi wali kota lain di Indonesia," ucap Fatur.
Baik Gus Mus maupun Hendrar menerima penghargaan langsung dari Unnes. Gus Mus bahkan mengangkat penghargaan itu hingga membuat suasana auditorium menjadi gemuruh.
Seusai kegiatan, Gus Mus mengatakan, penghargaan itu terlalu berlebihan baginya. Namun penghargaan justru tepat untuk Hendrar Prihadi.
"Untuk Wali Kota itu pas, kalau untuk saya sendiri itu lebay," canda Gus Mus disambut tawa hadirin.
Selain menulis cerpen yang sudah dibukukan sejumlah penerbit, Gus Mus juga seorang penyair yang banyak mencipta puisi. Ia juga pandai melukis sehingga banyak kalangan sepakat bahwa Gus Mus adalah kiai yang sastrawan dan budayawan. (Red: Fathoni)