Gus Baha Ungkap Konsekuensi bagi Tindakan Memelihara dan Merusak Alam dalam Al-Qur'an
Selasa, 15 Juli 2025 | 08:00 WIB

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengasuh Pondok Pesantren Lembaga Pembinaan, Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Quran (LP3IA) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) agenda International Conference on Islamic Ecotheology for The Future of The Earth (ICIEFE) 2025 & The Kick Off For The Refinement of Morar's Quranic Tafsir di Jakarta pada Senin (14/7/2025). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube Bimas Islam TV)
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengungkapkan konsekuensi bagi seseorang dan pihak yang berperilaku memelihara dan merusak alam.
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri agenda International Conference on Islamic Ecotheology for The Future of The Earth (ICIEFE) 2025 & The Kick Off For The Refinement of Mora's Quranic Tafsir di Jakarta pada Senin (14/7/2025).
Dalam pidato singkat itu, Gus Baha mengatakan bahwa salah satu keutamaan dalam surah Al-Mulk yakni Allah menegaskan betapa pentingnya mengelola alam secara hati-hati. Pasalnya, bumi telah didesain Allah sedemikian rupa, dan manusia bertugas memelihara ekosistem yang ada.
"Di situ manusia diingatkan oleh Allah Ta'ala. Kalau kamu hidup di bumi (merasa) tenang-tenang saja, bisa saja bumi ini tamur. Tamur itu likuefaksi," jelasnya sebagaimana disiarkan dalam kanal Youtube Bimas Islam TV.
Gus Baha mengartikan likuefaksi mengingat dalam semua tafsir, diksi tamur yang terdapat dalam ayat 16 surat tersebut diartikan para ulama bergelombang dan menggeliat sehingga bumi di atas manusia.
Tak hanya itu, lanjut Gus Baha, jika alam tak dikelola dengan baik boleh jadi benda-benda langit dapat membombardir bumi kapan saja. Potensi-potensi semacam itu menjadi alarm bagi manusia untuk bergerak menyelamatkan alam raya.
Lebih lanjut, Gus Baha juga menegaskan bahwa Allah juga mengingatkan tentang sistem bumi yang bisa menyerap air. Sebab, seharusnya bumi itu tidak ada air, karena bumi itu khasnya menyerap air.
"Bagaimana kalau bumi ini tahu-tahu menghisap semua air, kemudian kita enggak menemukan air. Kamu bisa apa, kata Allah, siapa yang bisa mendatangkan air," terang Gus Baha.
"Lalu dengan peringatan Allah seperti ini, orang disuruh hati-hati cara mengelola bumi ini. Makanya saya senang kalau ini ada gerakan-gerakan untuk menyelamatkan bumi," lanjutnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Lembaga Pembinaan, Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Quran (LP3IA) itu mengungkapkan, seseorang yang memelihara alam maka hal itu terhitung sedekah. Tindakan semacam ini berpeluang memberikan manfaat bagi makhluk lain di dalamnya.
"Sehingga dalam sebuah hadis diterangkan, enggak ada orang Muslim enggak ada manusia yang menanam pohon kemudian berbuah dan dimakan oleh manusia maupun binatang kecuali itu menjadi sedekah," ungkapnya.
"Begitu juga ketika Allah mengkritik orang-orang yang jahat, yang tidak baik. Jadi ciri utama orang yang tidak baik itu adalah wayuhlikal hartsa wan nasl yang merusak tanaman, merusak tetumbuhan, merusak populasi, sehingga populasi ini harus kita jaga," tandas Kiai asal Rembang, Jawa Tengah itu.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Baha juga mengaku sering mendorong orang untuk menghafalkan surat Al-Mulk sebagai tameng menghadapi Munkar Nakir. Pasalnya, ia menceritakan ada seseorang yang batal disiksa dengan dalih hafal surat tersebut.
"Ada orang itu harusnya disiksa. Terus kata orang itu, di hati saya ada Tabarak (al-Mulk). Kalau kamu nyiksa saya berarti memukuli surat Tabarak yang ada di hati saya," katanya.
"Singkat cerita berdebat. Terus sama Allah dibebaskan," lanjutnya.
Sejalan dengan itu, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengatakan bahwa memelihara alam harus bertolak dari teologi. Sebab, baginya, akar inilah yang memengaruhi seseorang dalam bertindak terutama memperlakukan alam raya.
"Kita perlu merubah mindset kita terhadap alam. Jangan menganggap alam ini the only object. Tetapi harus menganggap alam ini juga adalah partisipan kita juga. Partner kita untuk menjalani kehidupan," tegasnya.