Sukoharjo. NU.Online
Gaji pensiunan tentara rela dipotong untuk membantu warga NU yang tidak punya uang tapi berkeinginan memiliki Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (Kartanu). “Gaji pensiunan TNI saya tidak masalah kena potong untuk membantu warga NU agar memiliki Kartanu,” papar Mulyatno Pengurus MWC NU Mojolaban.
<>
Pernyataan Mulyatno itu terlontar dihadapan sekitar 200 perwakilan dari Pengurus Cabang (PC), MWC, Lajnah, Banom dan Lembaga Nahdlatul Ulama (NU), Kabupaten Sukoharjo dalam acara sosialisasi Kartanu dari Tim PWNU Jawa Tengah, Selasa malam, di Sekretariat Thoriqah Qodariyah Naqsabandiyah (TQN), Jl Pemuda 37 A, Jetis, Sukoharjo.
Yusuf Bachtiar, tim sosialisasi Kartanu Jateng menjelaskan ada beberapa fungsi Kartanu diantaranya, pembuatan database (sensus) warga NU. Sebagai pembeda warga NU dengan non NU. Antisipasi pihak luar yang dapat merusak NU dan NKRI, peningkatan SDM NU dan penyelamatan aset NU serta sebagai pemberi data pendukung untuk program dari tingkat Ranting NU sampai PBNU.
Tanggapan peserta terhadap program Kartanu sangat beragam, contoh kader NU dari Gatak, Yusuf, menanyakan kapan tanggal dan bulan apa tim sosialisasi sampai di tempatnya. Hal lain lagi yang disampaikan H Bambang MWC NU Grogol, ia sudah memiliki Kartanu langsung dari PBNU, apakah akan terjadi kartu ganda atau tidak.
Joko dari WC Polokarto menanyakan tentang anggota NU yang ada di desa-desa, tapi belum terbentuk pengurus Ranting. Biaya 7.000,- siapa yang akan menanggung, pertanyaan dari Masruri MWC Sukoharjo, dan ada kader NU dari Mojolaban yang siap gajinya dipotong untuk biaya Kartanu, bagi warga NU yang tidak mempunyai uang.
Tim Kartanu
Untuk mensukseskan program Kartanu hingga ranting, maka perlu dibentuk Tim Kartanu diantaranya ada Ketua, Sekretaris, Bendahara, Koordinator Lapangan dan Sosialisator.
Dikatakan Yusuf Bachtiar, Tim akan turun di kabupaten adalah sebanyak 4 Tim yang 1 timnya terdiri dari 3 orang (operator – asisten – produksi). Total nya 15 petugas ditambah dengan 1 koordinator yang bertanggung jawab atas kegiatan dan penjadwalan di Kabupaten tersebut.
“Tim ini dilengkapi oleh kendaraan mobil 1 unit grandmax untuk mobilisasi alat dan barang dari dan ke MWC yang akan dituju,” katanya.
Di setiap tim telah disediakan kendaran motor yang telah dimodifikasi oleh kami untuk mobilisasi antara ranting ke ranting, di motor tersebutlah semua alat-alat pendukung pemotretan disiapkan.
Biaya pembuatan Kartanu sebesar Rp 7.000,- diantaranya untuk biaya cetak dan kontribusi untuk PWNU hingga Ranting NU.
Selain Kartanu, ada sosialisasi Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah NU (Lazisnu) dan Asosiasi Bina Haji dan Umroh (Asbihu), Ketua Lazisnu Sukoharjo Sugeng (40), potensi warga NU Sukoharjo, dalam bentuk shodaqoh cukup besar, tapi sayang saat ini dikelola oleh pihak lain.
Hal yang sama dialami Asbihu, jamaah haji dan umroh warga NU, justru mendapat binaan oleh organisasi lain. Dampak negatifnya, usai pulang dari Makkah, amaliayah NU-nya ditinggal.
”Tak sedikit Warga NU yang menunaikan ibadah haji dan umroh, tapi mendapat bimbingan dari organisasi lain, sepulang dari Mekah, tradisi amaliyah NU-nya ditinggal,” kata H Budiharto, Ketua Asbihu Sukoharjo.
Tampak hadir diantaranya, Ketua PCNU Sukoharjo H Nagib Sutarno, Sekretaris PCNU Lasimin, jajaran syuriah KH Maksum Waladi, KH Najib Muhammad, K. Baidlowi, KH Bambang Eko Wardoyo, serta pengurus Lajnah, Banom, dan Lembaga NU Kabupaten Sukoharjo. Pertemuan itu sekaligus sebagai acara buka bersama.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Cecep Choirul Sholeh