Nasional

Fatih Akui Sulit Jelaskan tentang HTI

Kamis, 28 Juni 2018 | 18:00 WIB

Fatih Akui Sulit Jelaskan tentang HTI

Ujian tulis beasiswa Al-Azhar di PBNU.

Jakarta, NU Online 
Sekitar 210 peserta mengikuti seleksi ujian lisan dan tulis beasiswa ke Universitas Al-Azhar, Mesir 2018 di Gedung PBNU, Kamis (28/6).

Pengamatan NU Online, para peserta tampak antusias mengikuti ujian yang menentukan nasibnya untuk mengenyam pendidikan di negara yang identik dengan piramidanya itu. Tidak sedikit peserta yang terlihat berkonsentrasi mempersiapkan diri sebelum dipanggil oleh penguji.

Pada ujian kali ini, ada sejumlah pertanyaan, seperti wawasan Ahlussunnah wal jamaah, Nahdlatul Ulama, penguasaan bahasa Arab, dan kaidah-kaidah bahasa Arab yang harus dijawab oleh peserta. 

Muhammad Al Fatih Mubarok (17), peserta asal DKI Jakarta, mengaku tidak terlalu kesulitan mengikuti ujian. "Cukup mudah sih insyaallah, Cuma ada beberapa bagian yang sulit juga," kata Fatih diikuti tawa pelan. 

Soal-soal yang dianggap mudah oleh Fatih adalah tentang ke-NU-an. Adapun kesulitan yang dialaminya, yaitu saat menjelaskan tentang organisasi sosial keagamaan di Indonesia yang telah dibubarkan pemerintah, yakni Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan menggunakan bahasa Arab. 

Ia berharap, proses yang telah dilaluinya mendapatkan nilai yang memuaskan, sehingga bisa mengenyam pendidikan di universitas yang diimpikan banyak pelajar Muslim itu. Terlebih, Fatih mendapat dukungan dari orangtuanya. 

"Semoga keterima ke Al-Azhar lewat PBNU ini. Dapet dorongan juga (dari orangtua kuliah di Al-Azhar)," ucapnya. 

Sementara peserta lain, Subuki Ali Yasin (18) asal Cirebon mengaku tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penguji. "Kalau tulis sih lumayan mudah. Kalau lisan cukup susah," katanya. 

Pria yang karib disapa Uki ini mengungkapkan kesulitannya saat menjelaskan tentang aliran keagamaan Wahabi dan HTI. Ia mengakui bahwa wawasan tentang ke-NU-an sangat kurang. Sementara yang dianggap mudah, ialah saat dirinya menjawab pertanyaan tentang nahwu dan sharaf.

"Itu semua ditanya sama penguji," ucapnya. 

Namun demikian, pria yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Darut Tauhid Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat itu sangat berharap bisa lolos karena ingin membahagiakan orangtua. Seperti Fatih, Uki juga mendapatkan dorongan dari orangtuanya.

"Saya pengen sekali berangkat (belajar) ke Al-Azhar, dari jalur PBNU ini," harapannya. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)


Terkait