Guruku di Kesugihan Cilacap, KH Chasbullah Badawi wafat malam ini, sekitar jam 19.00, di RS Griatri Purwokerto. Terbayang bulan Ramadan 1974, ketika aku setiap malam sehabis salat tarawih ngaji kitab Kifayatul Atqiya' secara balahan kepada beliau.
Biasanya, setelah setengah jam beliau membaca kitab, dari 40-an santri hanya tinggal satu dua orang saja yang masih mampu mempertahankan qalam untuk ngesah-sahi. Lainnya sudah tersambar mimpi.
Lalu, beliau akan berhenti dan memanggil seorang santri yang bernama Muhsin.
“Sin, Muhsin, ngeneh pacitaneh dibagi!”
Beliau pun lalu masuk bagian dalam rumah dan beristirahat sebentar, sebelum mulai lagi membaca kitab. Kami pun mendapat jatah pacitan.
Di sini pula aku mendapat pengalaman melihat santriwan dan santriwati yang terpisah dinding saling betot lidi yang dipakai santriwan untuk mengitik santriwati di sebelah dinding.
Betapa waktu lari sangat kencang.
Rama Kiai, engkau pergi di bulan mulia, sesuai dengan kemulianmu. Semoga Allah menerima semua amal baik Rama Kiai dan memaafkan semua kesalahan Rama. Amin. (Muhammad Machasin, Mustasyar PBNU)