Solo, NU Online
Di mata para seniman Solo, Ki Slamet Gundono memberi nuansa tersendiri dalam jagat seni. Kreativitas dalang wayang suket tersebut dalam memanfaatkan beragam medium, membuat banyak orang terkagum. Pun, dengan kelebihannya dalam membuat sebuah konsep karya yang membumi tanpa teori yang sukar dipahami.
<>
"Dia (Slamet Gundono) itu sosok jenius yang mau membaca," ungkap praktisi musik, Djaduk Ferianto, dalam acara bedah karya Slamet Gundono di Taman Budaya Surakarta (TBS), Kamis (13/2).
Kata Djaduk, banyak seniman yang bikin karya njlimet dan bersembunyi di balik konsep kontemporer. Tapi dia memilih terbuka dan mau membangun komunikasi.
Sedangkan Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, KH Dian Nafi', mengatakan karya Slamet Gundono menjadi menarik, karena dapat mewakili apa yang tengah dirasakan masyarakat. "Saat BBM mahal, dia bikin kritikan. Berangkat dari hal kecil, tap berdampak besar. Dia sosok yang berbuat besar dengan cinta tang besar," terangnya.
Selain Djaduk dan Kiai Dian, dalam diskusi bertajuk Sarasehan Sedulur Lanang tersebut menghadirkan banyak tokoh seniman dari Solo. Di antaranya Bambang Murtiyoso (praktisi pedalangan), Yudi Tajudin (praktisi teater), dan Sutanto Mendhut (penggerak seni kerakyatan). Tiap narasumber memberikan kesan akan karya-karya Ki Slamet Gundono.
Rangkaian acara peringatan 40 hari meninggalnya Slamet Gundono itu, berlanjut hingga malam hari, yang dimeriahkan dengan berbagai penampilan pentas seni di tempat yang sama. (Ahmad Rosyidi/Abdullah Alawi)