Nasional

Ditawarkan, Formula Pendidikan Humanis dan Religius

Senin, 22 Oktober 2012 | 03:11 WIB

Kudus, NU Online
Pendidikan Agama Islam (PAI pada sekolah dan perguruan tinggi selama ini lebih berorientasi pada norma agama dari pada problem subyek anak didik.

<>

Ajaran agama Islam dipahami kemudian disistematisasikan menjadi lima aspek yaitu Al Qur'an-Hadits, Aqidah/Keimanan, Akhlah, Fikih/Ibadah dan SKI.

"Oleh karenanya, para ahli merancang dan menawarkan model pendidikan  humanis dan religius. yang berangkat dari kondisi obyektif subyek didik dengan melakukan analisis secara mendalam," kata praktisi pendidikan Dr HM Ihsan,MAg saat menjadi pembicara semiloka tingkat regional yang diadakan YAPIQ Menara Kudus di hotel Griptha Kudus, Sabtu (20/10).

HM Ihsan mengungkapkan  pendidikan yang humanis dan religius sudah menjadi cita-cita para pendiri bangsa ini. Hal ini diabstrakkan dari Pancasila sila Ketuhanan yang maha Esa dan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Namun, hingga 68 tahun, gagasan dan kebijakan tersebut belum diimplementasikan bahkan tampak semakin kabur dan menjauh.

"Bahkan ada kecenderungan orang berpendidikan tinggi yang seharusnya menjadi teladan dengan menampilkan kepribadian luhur menjadi sebaliknya. Gaya hidup hedonistik, serba permisif, menjarah kekayaan bangsa tanpa rasa bersalah, pamer kemilau kuasa dan harta diantara sebagian rakyat miskin semakin mendominasi," ujar Ketua Lajnah Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kudus ini.

Dosen STAIN Kudus ini menjelaskan ada dua konsep yang perlu dirujuk yakni pendidikan humanis dan religius. Pendidikan humanis merupakan tanggapan dan kritik terhadap praktik pendidikan tradisional yang bercirikan guru otoriter, pengajaran menekankan buku teks, siswa pasif hanya mengingat informasi guru, ruang belajar terbatas di kelas, menakut-nakuti siswa untuk membangun kedisiplinan. 

"Pendidikan tradisional ditolak kalangan humanis karena berlawanan dengan konsep pendidikan humanis yang memanusiakan manusia sesuai dengan perannya sebagai khalifah di bumi ini," tandas Ihsan.

Mengenai pendidikan religius, menurutnya, bertujuan untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dab kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral dan menyiapkan siswa hidup sederhana dan bersih hati. integrasi dan sinergi keduanya dapat melahirkan pendidikan yang ideal sesuai falsafah bangsa Indonesia.

"Pendidikan humanis dan religius adalah pendidikan yang dapat membangun moral manusia yang baik (akhlakul karimah) dan menumbuhkan kapasitas (kemampuan) diri secara penuh sehingga mampu merealisasikan tujuan kehidupan secara produktif," terangnya.

Di Indonesia, kata dia, praktik pendidikan bercorak religius sudah dilaksanakan sejak usia dini sampai perguruan tinggi terutama pendidikan yang bernafas keagamaan semacam madrasah. Hanya saja, penyajiannya masih bersifat parsial dan terlalu berat pada dimensi ritual.

"Dalam perspektif humanis religius, pendidikan agama disuguhkan untuk memupuk dan merangsang siswa mengamalkan iman dalam seluruh dimensi  kehidupan," tegas HM Ihsan di depan ratusan peserta semiloka yang sebagian besar pelajar dan guru SMA tersebut.


Redaktur     : Mukafi Niam
Kontributor : Qomarul Adib


Terkait