Nasional

Dihadiri Habib Luthfi, Warga Demak Banjiri Peringatan Haul Ke-515 Raden Patah

Sabtu, 3 Maret 2018 | 04:30 WIB

Demak, NU Online
Ribuan umat Islam dari berbagai daerah membanjiri Alun-alun Demak, Jawa Tengah, Rabu (28/2) malam. Mereka menghadiri pengajian akbar dalam rangka haul ke-515 Raden Patah Al-Akbar Sayyidin Panatagama, Raja Islam pertama kerajaan Demak Bintoro.

Pengajian yang mendatangkan Rais 'Aam Idaroh Aliyah Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya dan Pengasuh Pondok Pesantren Ummul Quro Jakarta KH R. Syarif Rahmat tersebut dihadiri Bupati Muhammad Natsir dan Wakil Bupati, para pengurus NU, MUI, dan sejumlah pejabat Forkopimda.

Acara diawali dengan ziarah ke Makam raja yang juga disebut Sultan Fatah itu. Lalu dilanjut pembacaan Maulid Simtudduror yang dipimpin Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf. Juga dibacakan manaqib Sultan Fatah.

Dalam tausiyahnya, KH R. Syarif Rahmat mengajak umat Islam untuk meneladani kepemimpinan Sultan Fatah. Menurutnya, raja pertama kerajaan Islam di Tanah Jawa tersebut menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin sehingga membuat daerah yang dipimpinannya mengalami kemajuan pesat.

"Orang yang kita peringati melalui haul ini adalah tokoh, ulama besar dan pejabat yang amanah, mampu menerapkan Islam yang menjadi rahmat bagi semua alam," katanya.

Pengasuh Padepokan dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka) tersebut menambahkan, di antara faktor keberhasilan kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa adalah menerapkan toleransi, menghargai kebhinekaan dan mengormati perbedaan suku, ras dan agama.

Bahkan Sultan Fatah yang menjadi raja Kesultanan Demak, merupakan warga keturunan Tionghoa dengan nama Jin Bun (Jimbun). Pria kelahiran Palembang yang mampu mewujudkan Islam sebagai pengayom seluruh umat tanpa membedakan latar belakang suku, ras maupun agama.

"Karenanya tidak tepat jika saat ini ada yang memperbesar-besarkan perbedaan warna kulit, suku, ras dan agama," ujarnya.

Keberadaan kelompok yang suka mengangkat isu perbedaan SARA dan sikap intoleran, lanjut dia, dipengaruhi oleh kepentingan politik. Pada masa sahabat Nabi, kemunculan perpecahan juga karena didasari politik dan ambisi kekuasaan.

Sementara itu Habib Luthfi yang datang pukul 11.30 hanya menyampaikan ajakan agar umat Islam mencontoh Sultan Fatah, baik dalam agama, ibadah, kepemimpinan, pergaulan sosial maupun sikap nasionalismenya.

Dia memberikan taushiyah singkat tanpa pengeras suara karena di arena haul tersebut hujan mengguyur cukup deras dan kilatan serta suara petir sangat menggelegar  membuat warga yang mengunjungi pengajian merangsek ke tempat yang bisa untuk berteduh. (A. Shiddiq Sugiarto/Fathoni)


Terkait