Nasional

‘Cebong’ dan ‘Kampret’ Rendahkan Manusia Sebagai Khalifah

Jumat, 18 Januari 2019 | 14:00 WIB

‘Cebong’ dan ‘Kampret’ Rendahkan Manusia Sebagai Khalifah

Zuhairi Misrawi (Foto: Ist.)

Jakarta, NU Online
Intelektual Muda Nahdlatul Ulama Zuhairi Misrawi menyayangkan fenomena hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah yang mewarnai pesta demokrasi, pemilihan umum di Indonesia. Padahal menurutnya, pemilihan umum sebagai bagian dari demokrasi, seharusnya menjadi kontestasi gagasan.

Menurut Zuhairi, dampak dari merebaknya hoaks, ujaran kebencian dan fitnah membuat demokrasi di Indonesia berada di persimpangan jalan.

“Sebenarnya kalau kita melihat yang terjadi sekarang ini, Indonesia berada di persimpangan jalan: apakah Indonesia akan tetap menjadi satu wadah demokrasi yang substantif dan berkualitas atau Indonesia menuju demokrasi yang memecah belah,” kata Zuhairi di Whiz Hotel Cikini, Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/1).

Lebih jauh, ia mengaku risau dengan adanya predikat “cebong" dan "kampret” sebagai ejekan antar pendukung pasangan calon presiden. Sebab, sambungnya, manusia diciptakan Allah menjadi khalifah di bumi dalam bentuk yang paling sempurna.

“Hoaks membuat polarisasi seperti istilah cebong dan kampret. Padahal manusia itu khalifah di bumi,” ucapnya.

Ia melanjutkan, dalam konsep demokrasi, warga negara menjadi pilar penting. Hal itu ditunjukkan bagaimana warga negara mempunyai kedaulatan penuh, seperti menentukan pemimpin, mengemukakan pendapat, dan menyampaikan kritik. Namun demikian, warga negara direndahkan dengan sebutan “cebong" dan "kampret” tersebut.

“Kita ini warga negara yang dalam demokrasi itu sebuah entitas yang sangat mulia. Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama: apa pun agama Anda, apa pun keyakinan Anda, warna kuliat Anda, suku Anda, bahasa Anda,  sejauh Anda mempunyai gagasan dan kemampuan untuk memberikan masukan menjadi pemimpin di negeri ini, maka Anda juga mempunyai kesempatan yang sama,” tegasnya.

Diskusi yang mengusung tema Hoaks, Integritas KPU dan Ancaman Legitimasi Pemilu ini juga menghadirkan pembicara lain, yakni Peneliti LIPI Amin Mudzakir, dan Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti. (Husni Sahal/Muhammad Faizin)


Terkait