Nasional

Calon Kepala Daerah dari NU Harus Pelajari Politik Islam Nusantara

Senin, 13 Juli 2015 | 14:00 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Lakpesdam NU Ahmad Baso mengatakan, seluruh calon kepala daerah dari NU harus mempelajari politik Islam Nusantara. Sebab, politik Islam Nusantara selalu membela yang benar. Tagline ini digunakan PKB, partai yang kelahirannya dibidani PBNU, sejak era Gus Dur.
<>
“Bapak ibu yang menerima mandat partai ini harus mengayomi rakyat yang sedang mengalami kesusahan. Kalau ada orang yang tersesat, bapak ibu harus menuntunnya ke jalan yang benar,” ujar Baso di hadapan ratusan calon kepala daerah peserta Akademi Politik Kebangsaan (Akpolbang) di Graha Gus Dur DPP PKB Jakarta, Ahad (12/7) malam.

Menurut Baso, politik Islam Nusantara memiliki karakteristik berbeda dengan model Islam yang ditawarkan di tempat lain. “Inilah politik Islam Nusantara. Ini yang membedakan dengan Islam di Timur Tengah, misalnya, yang hingga hari ini terus berperang. Mereka mudah diadu domba. Karena saling mengklaim yang benar akhirnya perang saudara,” terangnya.

Menurut Baso, para Wali Songo telah memperkenalkan Islam rahmatan lil alamin. Politik Islam Nusantara yang dilakukan para ulama zaman dahulu telah mengukir sejarah besar dalam politik keumatan, yakni mendekatkan masyarakat kepada kemaslahatan sekaligus menjauhkan dari mafsadat (kerusakan). “Konkritnya, bagaimana memberikan kemaslahatan bagi umat,” tandasnya.

Sebaliknya, lanjut Baso, jika ada politik yang mengkondisikan orang saling berhadap-hadapan, maka itu bukan bukan politik rahmatan lil alamin atau politik Islam Nusantara. “Kalau politik bikin kita selalu berantem, itu bukan politik Islam Nusantara. Tapi bumi hangus namanya,” tegasnya.

Menurut dosen Pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta ini, politik Islam Nusantara selalu mengajarkan kebaikan bagi seluruh anak bangsa tanpa memandang suku atau agama tertentu. Hal itu demi kebaikan dan kejayaan bersama.

“Kalau politik membawa kita kepada sebuah suasana guyub, solider, dan tenggang rasa dengan sesama, membangun persaudaraan dan ikatan kebangsaan, seperti disimbolkan dalam lambang NU, tali jagat itu, itulah yang disebut politik Islam Nusantara,” tandasnya.

Meskipun tidak ada dalil dalam Al-Quran, politik itu NKRI ada tapi kalau isinya sudah maslahah maka itu merupakan politik islami. “Daripada berkoar-koar bicara tentang politik Islam, syariat Islam, tapi isinya membuat permusuhan, itu namanya politik menuju neraka. Tidak ada berkah di sana,” ujarnya berapi-api.

Jika ingin politiknya berkah dan namanya langgeng di hati masyarakat, lanjut Baso, politik kemaslahatan inilah yang menjadi pilihan. “Nama bapak ibu akan abadi di hati sanubari rakyat ketika menggunakan politik Islam Nusantara ini, yakni politik maslahat untuk bangsa, agama, dan seluruh umat manusia. Mengapa politik Islam Nusantara begitu sakti, karena para pelakunya juga sakti,” pungkasnya. (Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)

   



Terkait