Nasional

Berkah itu Terkait dengan Efektivitas dan Produktivitas

Jumat, 26 Mei 2017 | 10:00 WIB

Jember, NU Online
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW pergi ke pasar untuk membeli baju dengan membawa uang dua dinar. Sebab, baju Nabi sudah lusuh sehingga perlu diganti. Di tengah perjalanan, Nabi bertemu dengan seseorang yang sangat miskin. Pakaiannya tak keruan. Sebagian badannya tertutup, sebagian lain terbuka lantaran pakainnya tak mencukupi untuk menutup badannya. Beliau tidak tega melihat orang itu, maka diberikanlah uangnya 1 dinar. Tinggal satu dinar lagi di tangan beliau.

Nabi Muhammad SAW lalu melanjutkan perjalanannya ke pasar. Begitu sampai di pasar, beliau bertemu dengan seorang budak yang menangis, tersedu-sedan. Nabi penasaran, lalu bertanya kenapa menangis. “Saya adalah seorang budak, disuruh belanja (oleh majikan), namun uangnya hilang,” jawab orang tersebut.

Nabi Muhammad SAW terenyuh melihat orang itu menangis, lalu diberikanlah uangnya yang tinggal satu dinar itu. Dan akhirnya uang beliau habis. Nabi tidak jadi membeli baju, hingga memutuskan untuk pulang dengan tangan hampa. 

Namun saat beliau beranjak pulang, si budak tersebut mencegatnya. Ia  malah minta Nabi Muhammad SAW untuk mengantarkan pulang ke rumah majikannnya. Nabi pun setuju.

Begitu sampai di depan rumah sang majikan, Nabi Muhammad SAW mengucap salam. Namun sayang, si majikan tak keluar rumah, hingga beliau tiga kali mengucap salam. Dan akhirnya tuan rumah keluar, membukakan pintu. Ternyata dia adalah sahabat Nabi SAW. “Kami memang tidak membuka pintu agar Nabi bisa mendoakan kami hingga tiga kali,” ucap sahabat itu.

Setelah berbasa-basi sejenak, si sahabat bertanya tentang maksud kehadiran Nabi bersama budaknya itu. Kemudian beliau bercerita apa yang sudah dialami si budak di pasar. Si sahabat terharu, dan  kemudian bersumpah bahwa budaknya tersebut merdeka seketika itu juga. Nabi pun bersumpah, “Demi Allah, aku belum pernah melihat dinar seberkah ini."

Hal tersebut diceritakan oleh pengasuh Pondok Pesantren  Al-Hikam, Malang, KH. Moh. Nafi’ saat dalam pengajian umum Ramadhan Mubarok, Pembukaan Takhossus Diniyah di Masjid Sunan Kalijaga, Jember, Jawa timur, Kamis (25/5) malam. 

Menurutnya, sisi yang ingin ditekankan cerita itu adalah soal berkah. Katanya, berkah tidak bisa dijelaskan secara detail, tapi bisa dirasakan. “Berkah itu terkait dengan efektivitas dan produktivitas dalam pandangan Allah. Coba, seorang budak untuk memerdekakan dirinya itu butuh ribuan dinar, tapi di kejadian itu hanya dengan satu dinar, seorang budak bisa merdeka. Semoga Ramadhan kali ini membawa berkah bagi kita semua,” jelas keponakan KH. Hasyim Muzadi itu. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)



Terkait