Nasional

Atasi Ekstrimisme, Jokowi Ajak Kerjasama NU dan Muhammadiyah

Senin, 8 Desember 2014 | 21:05 WIB

Palembang, NU Online
Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah telah menjangkau organisasi Muslim besar di Indonesia guna membantu mengurangi ancaman terorisme dari ekstremis Islam.<>

Dalam serangkaian wawancara eksklusif dengan The Wall Street Journal, Jokowi mengatakan Indonesia tidak sendirian dalam menghadapi bahaya ekstremisme yang tersebar dari Timur Tengah. Di wilayah itu, kelompok militan ekstrem Daulah Islamiyah alias ISIS tengah berupaya mendirikan kekhalifahan di Suriah dan Irak.

Sebanyak lebih dari 50 warga Indonesia diyakini tengah berada di Timur Tengah untuk membantu ISIS. Beberapa pengamat terorisme memperingatkan mereka dapat kembali ke Indonesia dan menyebarkan ideologi radikalnya. Namun Jokowi mengaku yakin pemerintahannya dapat mengurangi ancaman milisi tersebut.

“Kita punya masalah dengan radikalisme, dengan ekstremisme,” katanya. “Tetapi di Indonesia kami telah 30 tahun lebih berpengalaman dengan masalah ini.”

Pada tahun 2000-an, milisi radikal yang berafiliasi dengan Jemaah Islamiyah meluncurkan beberapa serangan bom. Ini termasuk Bom Bali I pada 2002 di sebuah klub malam yang menewaskan 202 orang. Aparat pada akhirnya berhasil menekan organisasi tersebut dengan menahan puluhan milisi yang divonis bersalah di pengadilan.

Selain meneruskan program anti-terorisme di kepolisian, Jokowi mengatakan telah mengimbau menteri-menterinya untuk mengambil pendekatan religius dan budaya guna menangani ideologi ekstremis.

“Kita punya organisasi Muslim moderat terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dan kami telah bicara dengan mereka,” kata Jokowi. “Kita butuh mereka untuk mendukung Indonesia dalam program ini. Ini tidak mudah, tetapi saya yakin kita dapat mengurangi masalah ini.”

Jokowi mengakui penggunaan media sosial oleh milisi adalah masalah tersendiri. Ia mencontohkan jumlah pengguna Facebook di Indonesia yang mencapai 78 juta orang. “Ini tidak mudah diawasi,” kata Jokowi.

Namun ia mensinyalir tidak akan membatasi media sosial. Jokowi justru ingin melihat lebih banyak orang memakai media sosial dan perluasan platform seperti Alibaba.

“Di saat kita memiliki kondisi media sosial seperti sekarang, lebih baik kita membiarkannya terbuka,” ujar Jokowi. “Tetapi kita harus memakai media sosial untuk aktivitas yang positif dan produktif.” (mukafi niam)


Terkait