Palu, NU Online
Anak-anak terdampak gempa bumi di Sulawesi Tengah masih merasakan trauma. Mereka takut jika sewaktu-waktu masih terjadi gempa.
Giyono, warga Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Sigi, Sulawesi Tengah menuturkan trauma yang dialami anak-anak di desanya terlihat dari perkataan mereka yang menolak jika diajak kembali ke rumah.
“Ayo tidur di rumah saja. Mereka menjawab tidak mau. Mereka takut karena melihat sendiri gerakan tanah saat terjadi gempa,” cerita Giyono.
Anak-anak di pengungsian juga belum bisa mengikuti kegiatan mengaji maupun sekolah. Menurut Giyono yang salah satu anaknya masih berumur empat tahun, anak-anak masih menjalani hari-hari mereka dengan kesedihan dan tanpa kegiatan yang berarti.
“Anak saya selalu ingin ikut ke mana pun saya ataupun istri saya pergi,” tutur pria asal Sragen, Jawa Tengah yang ikut transmigari bersama orang tuanya pada tahun 1983.
Oleh karena itu, Giyono berharap agar pemerintah segera mewujudkan kembali bangkitnya warga Palu.
“Untuk warga istilahnya dipercepat biar lancar seperti sebelum ada gempa. Ini misalnya faktor jalan yang rusak, menyebabkan belum ada aktivitas,” tuturnya.
NU Online yang mewawancarai Giyono di sela-sela penyerahan bantuan NU Peduli untuk Pos 7 NU Peduli di Desa Lolu, mendapati raut keceriaan terlihat dari warga dan anak-anak saat kedatangan Tim NU Peduli. Saat barang-barang bantuan diturunkan, anak-anak dan warga ikut membantu menurunkan barang-barang bantuan tersebut.
Hari itu, Tim NU Peduli menyalurkan bantuan berupa beras, mi instan dan minyak goreng. Nurdin, kepala dusun setempat menyampaikan bantuan NU Peduli akan bermanfaat bagi mereka yang saat ini masih tinggal di pengungsian dan belum melakukan aktivitas yang produktif. (Kendi Setiawan)