Ada Transaksi Psikologis pada Jual-Beli ala Warung Kelontong
Rabu, 15 November 2017 | 10:02 WIB
Anggota Dewan Penasihat Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor) Endin Sofihara menilai proses transaksi jual-beli di warung-warung kelontong tidak hanya terjadi transaksi dalam hal ekonomi, melainkan juga memiliki transaksi psikologis. Hal itu, kata Endin, karena terjadi saling menghargai antara pembeli dan penjual.
Demikian dikatakan Endin pada forum diskusi yang mengangkat tema NU dan Pemberdayaan Ekonomi di lantai delapan, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (13/11).
"Jadi kalau pembelinya kiai, atau profesor atau pak haji pasti terjadi hubungan psikologis di antara mereka," katanya.
Berbeda dengan pola penjualan seperti Indomaret atau Alfamart yang menurutnya tidak mengenal adanya transaksi psikologis.
"Yang dia kenal adalah siapa bayar siapa dilayani. Ini sebuah perilaku kapitalis yang sangat luar biasa," ujar pria yang pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI periode 1999-2004 dari Partai Persatuan Pembangunan ini.
Menurutnya, perilaku transaksi kapitalis bukan hanya akan mengikis akan ekonomi warga NU tetapi juga akan mengikis pola hubungan kekerabatan antar sesama warga masyarakat.
"Kita menginginkan terjadinya sebuah konsepsi ekonomi untuk warga NU. NU untuk jadi produsen dan konsumen. Setiap transaksi penjualan atau pembelian tetap menjaga kekerabatan dan keharmonisan antarwarga," terang pria kelahiran Pandeglang ini.
Hadir pada diskusi tersebut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU KH Masduki Baidlowi, Wasekjen PBNU H Andi Najmi Fuadi, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Rumadi Ahmad, Wakil Ketua Lakpesdam NU KH Marzuki Wahid, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) KH Abdul Moqsith Ghozali, dan lain-lain. (Husni Sahal/Alhafiz K)