Khutbah

Khutbah Jumat: Ujian Hidup adalah Jalan Menuju Surga, Bukan Tanda Kehilangan Rahmat Allah

Jumat, 9 Mei 2025 | 10:00 WIB

Khutbah Jumat: Ujian Hidup adalah Jalan Menuju Surga, Bukan Tanda Kehilangan Rahmat Allah

Khutbah Jumat tentang ujian sebagai jalan menuju surga (via suffnetrucuter.tk)

Kehidupan di dunia adalah kehidupan sementara dan tidak akan pernah terlepas dari yang namanya ujian hidup. Status keimanan seseorang tidak akan melepaskannya dari mendapatkan ujian hidup sebagai manusia. Dengan berbagai macam bentuk ujian yang tentunya sesuai kemampuan setiap manusia, Allah swt akan menguji kesetiaan hamba-Nya. Sebab, surga yang dijanjikan oleh Allah swt tidak bisa didapatkan tanpa bersusah payah melewati ujian di dunia. 
 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Ujian Hidup adalah Jalan Menuju Surga, Bukan Tanda Kehilangan Rahmat Allah". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi). 
 

 

Khutbah I
 

الْحَمْدُ للهِ، الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
 

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya. 
 

Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt 

Kehidupan di dunia adalah kehidupan sementara dan tidak akan pernah terlepas dari yang namanya ujian hidup. Status keimanan seseorang tidak akan melepaskannya dari mendapatkan ujian sebagai manusia. Dengan berbagai macam bentuk ujian yang tentunya sesuai kemampuan setiap manusia, Allah swt akan menguji kesetiaan hamba-Nya. Sebab, Surga yang dijanjikan oleh Allah swt tidak bisa didapatkan tanpa bersusah payah melewati ujian di dunia. 
 

Allah swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 214:
 

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
 

Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”. (QS Al-Baqarah: 214).

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya Marah Labid, juz I, halaman 50, menyebutkan beberapa riwayat sebab turun Al-Baqarah 214 yang di antaranya bersumber dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat ini turun pada saat Rasulullah Saw dan umat Islam hijrah ke kota Madinah. Umat Islam mengalami kebuntuan sebab mereka keluar dari kota Makkah tanpa membawa harta sama sekali, mereka meninggalkannya bersama orang-orang musyrik di Meakkah. Terlebih, umat Yahudi (Madinah) saat itu juga menunjukkan permusuhan terhadap Rasulullah saw dan umat Islam. 
 

Allah menurunkan ayat ini untuk mengobati hati umat Islam, bahwa tidak akan ada umat manusia yang terlepas dari ujian di dunia. Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa untuk memperoleh surga dari Allah, tidak cukup hanya dengan keimanan saja. Umat Islam akan diberi berbagai macam cobaan sebagaimana yang menimpa pada umat sebelumnya sebagai ujian bagi mereka. 
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt 
Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan maksud dari ayat di atas bahwa status keimanan tidak langsung menjamin seseorang masuk ke dalam surga. Umat Islam harus melewati ujian dari Allah Swt terlebih dahulu.
 

وَمَعْنَى الْآيَةِ أَظَنَنْتُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ أَنْ تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِمُجَرَّدِ الْإِيْمَانِ بِيْ وَتَصْدِيْقِ رَسُوْلِيْ دُوْنَ أَنْ تَعْبُدُوْا اللهَ بِكُلِّ مَا كَلَّفَكُمْ بِهِ وَابْتَلَاكُمْ بِالصَّبْرِ عَلَيْهِ وَدُوْنَ أَنْ يَنَالَكُمْ أَذَى الْكُفَّارِ، وَالْفَقْرِ، وَمُقَاسَاةِ الْأَهْوَالِ فِيْ مُجَاهَدَةِ الْعَدُوِّ كَمَا كَانَ كَذَلِكَ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
 

Artinya: “Makna ayat di atas ialah “apakah kalian menyangka wahai orang yang beriman! Akan masuk Surga dengan hanya beriman kepada-Ku dan membenarkan utusan-Ku tanpa beribadah kepada-Ku (Allah) dengan segala yang dibebankan kepada kalian, memberi cobaan   agar kalian sabar terhadapnya dan tanpa menimpakan kepada kalian rasa sakit dari orang-orang kafir, kefakiran, ketakutan dalam berjihad menghadapi musuh sama seperti halnya yang terjadi pada orang-orang beriman sebelum kalian?”. 
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt 

Lebih lanjut, pada ayat di atas disebutkan ada tiga kata yang disebutkan sebagai gambaran ujian yang menimpa umat terdahulu yaitu al-ba’sa, ad-dharra’ dan zilzal (zulzilu). Ibnu Katsir dalam tafsirnya Tafsir Al-Qur’anul 'Azhim, juz I, halaman 568, menjelaskan bahwa arti dari ketiga kata tersebut ialah penyakit, musibah-musibah dan bencana yang menimpa umat manusia. 
Terdapat banyak penafsiran terkait maksud dari macam-macam ujian dari Allah swt yang dijelaskan dalam ayat di atas. Namun dari berbagai macam ujian tersebut, Allah memberikan gambaran yang jelas bahwa ujian yang dihadapi tentu bukan ujian yang ringan.
 

Bahkan saking beratnya ujian yang dihadapi oleh umat sebelumnya, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa ujian yang diturunkan oleh Allah saat itu akan hilang hingga para rasul yang memiliki kesabaran ekstra ketika menghadapi ujian akan sampai pada puncak kesabarannya hingga berkata, “Kapan pertolongan Allah akan datang?”. Maka pada saat itulah pertolongan Allah akan datang.  Ada juga yang berpendapat kalimat, “Kapan pertolongan Allah akan datang?” itu dikatakan oleh orang-orang beriman sehingga kemudian para utusan Allah menjelaskan bahwa “pertolongan Allah sangat dekat”. 
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt 

Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari khutbah Jumat kali ini, di antaranya:

  1. Sebagaimana dijelaskan ayat di atas, status sebagai orang beriman tidak melulu menjadikan seseorang akan mudah memperoleh Surga Allah tanpa melewati ujian dari-Nya. Ia akan tetap diuji dengan berbagai ujian hingga ia dikatakan lulus darinya sebagaimana orang-orang beriman umat sebelumnya pun diuji.
     
  2. Terlepas dari berbagai bentuk ujian yang diberikan oleh Allah yang disebutkan pada ayat di atas, ujian itu akan hilang pada waktunya. Namun, dibutuhkan kesabaran, usaha dan doa untuk menghadapinya. Bahkan pada ayat di atas disebutkan “hingga para utusan berkata: kapan pertolongan Allah akan datang?”, yang mengisyaratkan bahwa ujian yang diberikan meski akan datang jalan keluar setelahnya namun membutuhkan keteguhan hati untuk menghadapinya.


 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
 


Khutbah II 
 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ، أَمَّا بَعْدُ
 

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
​​​​​​​

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ 
 


Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon dan Mahad Aly Jakarta