Yangon, NU Online
Pemberontak Muslim Rohingya mengatakan, 10 orang Rohingya yang ditemukan di kuburan massal di Rakhine State pada akhir bulan lalu bukan lah bagian dari anggota kelompok mereka, namun warga sipil yang tak berdosa seperti dikutip Reuters, Sabtu (13/1).
"Kami (ARSA) dengan ini menyatakan bahwa 10 warga sipil Rohingya yang tidak berdosa yang ditemukan di kuburan massal di Tragedi Desa Inn Din bukanlah ARSA maupun asosiasi dengan ARSA," kata kelompok tersebut.
Awal pekan ini, militer Myanmar mengatakan bahwa tentaranya telah membunuh 10 Muslim teroris yang tertangkap selama serangan gerilya pada awal September lalu, setelah penduduk desa Buddha memaksa orang-orang yang ditangkap tersebut masuk ke dalam kuburan yang mereka gali.
Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) atau kelompok pemberontak Muslim Rohingya menyerang pos keamanan tentara Myanmar mulai Agustus tahun lalu, lalu militer Myanmar melakukan operasi dan serangan besar-besaran terhadap mayoritas Muslim di bagian utara Rakhine. Menyambut itu, ARSA melawan kejahatan perang yang dilakukan tentara teroris Myanmar.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Pemerintah Myanmar Zaw Htay membela diri dan yakin bahwa yang dibunuh tentara Myanmar adalah teroris Muslim Rohingya. Ia mengatakan, kadang kala teroris dan penduduk desa bersekutu dalam melakukan serangan terhadap militer Myanmar. Bahkan, ia berdalih kesulitan dalam membedakan mana yang teroris dan mana penduduk desa yang tidak bersalah.
"Kami telah mengatakan bahwa sangat sulit untuk memisahkan siapa teroris dan penduduk desa yang tidak bersalah. Akan ada proses investigasi yang sedang berlangsung apakah mereka anggota ARSA atau tidak," katanya. (Red: Muchlishon Rochmat)