Internasional

Paus Kirim Pesan Pribadi pada Grand Syekh Al Azhar

Senin, 23 September 2013 | 11:04 WIB

Jakarta, NU Online
Universitas Al Azhar Kairo, merupakan salah satu pusat pembelajaran Islam Sunni paling penting, mengumumkan, bahwa Paus Francis telah mengirimkan pesan pribadi, pada Jum’at (20/9). <>

Paus Francis menyampaikan keinginannya untuk bisa bertemu langsung dengan Grand Syekh, yang disampaikan oleh Nuncio Apostolic Mesir Mgr. Jean-Paul Gobel, sebagaimana dilaporkan oleh website Katholik terbesar di Timur Tengah, Abouna.org. Dalam pertemuan tersebut Gobel secara pribadi menyampaikan pesan Idul Fitri (berakhirnya Ramadhan) Paus pada dunia Muslim serta sebuah pesan pribadi pada Al Tayeb yang mengekspresikan keinginannya untuk melakukan dialog yang lebih besar antara Muslim dan Kristen.

The Vatican Insider melaporkan bahwa surat Paus menunjukkan penghormatan terhadap Islam dan dia berharap adanya usaha untuk mencapai kesepahaman bersama antara dunia Kristen dan dunia Islam untuk membangun perdamaian dan keadilan.

Al Tayeb merespon bahwa Al-Azhar bermaksud mengirimkan sebuah pesan “menghormati manusia dengan setiap agama yang dianutnya dan menjaga martabat manusia merupakan nilai tertinggi yang digambarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah,” dan menambahkan bahwa Muslim berkeinginan untuk “melakukan kolaborasi untuk membantu menciptakan keadilan dan kemajuan manusia di bumi.”

Selama masa jabatan Paus Benedict XVI, hubungan antara Vatikan dan dunia Muslim mengalami ketegangan dengan berbagai alasan, termasuk, kutipannya yang dipersepsikan anti-Islam pada kuliahnya di Regensburg, Jerman 2006. Kutukan kuat anti kekerasan Benedict yang dialami umat Kristen di Mesir, Januari 2011 meningkatkan ketegangan lebih lanjut, dan menyebabkan Al Azhar menunda sepenuhnya dialog dengan Tahta Suci, menyebut pernyataannya sebagai “intervensi urusan Mesir yang tidak dapat diterima.”

Sebelum insiden tersebut, satu delegasi dari universitas Al-Azhar akan berpartisipasi dalam pertemuan dengan Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama yang diselenggarakan setiap dua tahun. 

Pemilihan Paus Francis setelah turun tahtanya Benedict dilihat sebagai satu kesempatan untuk kerjasama antar agama oleh banyak pemimpin Muslim, dan Al Tayeb mengirim Francis ucapan selamat secara pribadi ketika dia terpilih sebagai Paus. Perubahan berlangsung cepat, khususnya, terkait dengan kerusuhan agama yang terjadi di Mesir.

Laporan pertemuan itu mengatakan bahwa Al Tayeb mengatakan pada Gobel bahwa menyatakan Islam dalam perspektif negatif adalah sebuah "garis merah" yang tidak boleh dilewati, mengacu pada insiden yang terjadi ketika Benedict menjadi Paus.

Walaupun pernyataan Al Azhar dalam pertemuan tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan kemungkinan melanjutkan dialog antara dua institusi ini, yang pasti, ini merupakan langkah besar untuk memperbaiki luka masa lalu.(islam.ru/mukafi niam)
Foto: Gregorio Borgia/AP


Terkait