Muslim Cina di Penang Akhirnya Miliki Masjid Sendiri
Jumat, 15 Agustus 2014 | 20:25 WIB
Jakarta, NU Online
Mimpi komunitas Muslim Cina di Penang Malaysia menjadi kenyataan setelah mendapatkan lampu hijau untuk memulai memberikan khotbah dalam bahasa Cina yang telah lama ditunggu-tunggu.
<>
"Tujuan dari masjid Cina adalah untuk menunjukkan akar universal dan multikultural Islam," kata ketua panitia urusan agama Abdul Malik Abul Kassim dikutip oleh Mail Melayu pada Rabu, 13 Agustus.
Upaya untuk membangun sebuah masjid minoritas Tionghoa di Penang dimulai pada 2008 untuk membuat tempat ibadah dan kegiatan bagi komunitas Muslim Cina di Penang.
Bagi umat Islam Malaysia, masjid baru Cina di Penang akan menjadi refleksi terbaik dari keragaman umat Islam di negara bagian Penang.
Khotbah Masjid Cina sementara akan disampaikan di Masjid Titi Papan yang didirikan pada tahun 1893, sampai selesainya pembangunan masjid baru.
"Jika semuanya ternyata baik, kami bahkan dapat membangun sebuah masjid baru dengan fitur arsitektur Cina di lokasi terpisah, menyerupai Masjid Beijing di Kelantan atau Masjid Cina Muslim di Ipoh," kata Abul Kassim kepada The Star Online pada Kamis 14 Agustus.
Abul Kassim menekankan bahwa negara tidak memisahkan setiap Muslim, "tetapi kami hanya ingin menunjukkan bahwa Islam bisa multi-etnis dan multi-budaya".
Untuk memperingati keragaman, pada Jum’at dalam peringatan ke 121 Masjid Titi Papan, Jum’at lalu disampaikan dalam bahasa Mandarin China.
"Pemerintah negara bagian juga berencana untuk membangun masjid Cina dengan arsitektur Cina yang unik di masa depan untuk mencerminkan tiga budaya yang berbeda - Melayu, Cina dan India," ungkap Abdul Kassim.
Seiring dengan khotbah multibahasa di Masjid Titi Papan, Masjid Kapitan Keling sejarah kadang-kadang memberikan khotbah dengan bahasa Tamil bagi umat Islam India.
"Di Penang, ada masjid yang melambangkan komunitas multiras di sini. Kami memiliki masjid untuk Arab, Aceh, Keling dan banyak lainnya, "kata Abdul Malik.
"Kami ingin menampilkan Islam sebagai agama yang murah hati dan universal.
"Kami tidak akan membatasi siapa pun untuk datang ke masjid. Islam tidak sama dengan Melayu," tambahnya.
Dijuluki sebagai "melting pot" dari Asia untuk bunga rampai budaya, Malaysia telah lama mengangkat model ko-eksistensi damai antara ras dan agama.
Malaysia memiliki populasi hampir 26 juta, dengan orang Melayu, sebagian besar umat Islam, mencapai hampir 60 persen.
Etnik Cina dan India - sebagian besar dari mereka Budha, Hindu dan Kristen - membuat sekitar 35 persen.
Ada sekitar 57.000 Muslim Cina di Malaysia. (onislam.net/mukafi niam)