Internasional

Madrasah Arabia Zahoor-ul-Islam Pakistan Tolak Aksi Kekerasan Agama

Selasa, 23 Agustus 2016 | 06:30 WIB

Pakistan, NU Online
Pimpinan Madrasah (Pondok Pesantren) Arabia Zahoor-ul-Islam Talagang Pakistan, Syed Maulana Akhlaq Ahmed secara tegas menolak berbagai aksi kekerasan agama. Pernyataan tersebut dilontarkan saat ia menerima kunjungan Tim KBRI Islamabad, Ahad (21/8) waktu setempat. 

Madrasah Arabia Zahoor-ul-Islam merupakan salah satu madrasah besar yang terletak di Distrik Talagang. Madrasah yang berdiri sejak tahun 1974 ini dipimpin oleh Syed Maulana Akhlaq Ahmed dengan 750 siswa yang datang dari berbagai negara, seperti Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Thailand, Myanmar, Filipina, RRT, Perancis, Azerbaijan dan hampir semua kota di Pakistan.

Menurut Syed Maulana Ahmed, madrasahnya mendalami ilmu agama Islam murni yang bersumber dari kitab suci Al-Quran, hadits Nabi, ilmu Fiqh, dan ragam pengetahuan lain dengan semangat ajaran Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin. Suatu spirit asli Islam yang sayangnya sering di selewengkan oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan pribadi dan golongan, sehingga justru bertentangan dengan jiwa Islam yang sesungguhnya.

"Madrasah ini sangat mengecam keras tindakan para teroris dan perusak kedamaian dengan memakai baju Islam. Mereka golongan yang jauh tersesat. Mereka adalah musuh besar madrasah ini," tukas Syed Maulana Ahmed.

Sebanyak tujuh orang santri dari Indonesia berasal dari Kalimantan Timur, Riau, NTB, Lampung, dan Aceh menuntut ilmu di madrasah ini. Mereka mendapatkan berbagai fasilitas yang cukup bagus. Mereka semua dibebaskan dari uang pendidikan dan konsumsi, serta hanya membayar sedikit biaya untuk pembelian buku ajaran. Semua santri khususnya para WNI terlihat sangat sehat baik fisik maupun psikis. Mereka terlihat menikmati kehidupannya di madrasah itu. 

Dokumen kewarganegaraan Indonesia berupa paspor semua dalam keadaan baik dan tidak kadaluwarsa. Visa juga tidak kadaluwarsa, beberapa santri sedang prosesi memperpanjang visa yang diurus oleh  bagian administrasi madrasah secara kolektif.

Sebagai upaya pembinaan dan pembekalan penguatan jaringan bagi warga Pakistan peserta dan alumni program Beasiswa Dharmasiswa, tim KBRI Islamabad kemudian mengadakan pertemuan dengan warga Pakistan penerima beasiswa Dharmasiswa Indonesia 2016 Muhammad Ibrahim Paracha. Kegiatan ini untuk memberikan berbagai pembekalan, konsultasi dan pembinaan terkait program beasiswa yang bersangkutan yang akan dimulai pada 29 Agustus 2016. 

Paracha menyatakan kesiapannya dan merasa tidak sabar untuk segera bisa tinggal dan belajar di Indonesia. Ia mendapatkan beasiswa pada program Design Interior dan Bahasa Indonesia di Institut Teknologi Bandung (ITB). Guna penguatan jaringan dan pendekatan people to people contact, pihak KBRI juga telah bertemu dengan alumni beasiswa Dharmasiswa 2014, Azzeem Khan, alumnus program Teknik Industri dan Bahasa Indonesia ITB Bandung. Selepas mengikuti program beasiswa dari Indonesia, Azzeem melanjutkan studi di Universitas Peshawar program Ilmu Informatika. 

Kegiatan silaturahim seperti ini diharapkan bisa terus berlanjut dan dapat dilakukan secara merata di kota-kota di seluruh wilayah akreditasi KBRI Islamabad. (Muladi Mughni/Zunus)


Terkait