London, NU Online
Rais Syuriyah PCINU Federasi Rusia dan Negara-negara Eropa Utara (PCINU FREU) Agus Pramono (Gus Pram) baru-baru ini, tepatnya Rabu (11/1) lalu mengadakan pengajian internasional online dengan tema “Sanad Ilmu Metalurgi dan Manufaktur dalam Perspektif Islam”.
Dosen Teknik Metalurgi Universitas Negeri Tirtayasa Cilegon, Banten lulusan Faculty of Mechanical Engineering, Department of Materials Engineering, Tallinn University of Technology, Estonia itu memaparkan 3 klasifikasi perangkat teknologi kemiliteran yang menjadi konsentrasi keilmuannya.
Gus Pram yang juga cucu alm KH Moch Toha Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Duluran, Gedangsewu Pare, Kediri selama ini telah mengembangkan bidang ilmu teknologi Severe Plastic Deformation (SPD) yang banyak diaplikasikan oleh dunia barat sebagai perangkat kemiliteran atau dalam istilah industri lebih dikenal dengan advanced metal forming.
Menurut kajian metodologi risetnya, terdapat 3 klasifikasi dari metode SPD yaitu; ECAP, HPT dan ARB yang bersumber dari ilmuwan-ilmuwan Muslim.
Pertama, ECAE (Equal Channel Angular Extrusion) dieksplorasi oleh Vladimir Segal pada tahun 1970, secara metodologis ECAE adalah penekanan logam ke dalam cetakan dengan sudut belokan sehingga akan menghasilkan kekuatan tinggi.
Deskripsi ini sudah tertulis di kitab Al-Jamahir fi ma`rifat al-jawahir karya Reyhan al Biruni yang mana terdapat 3 pattern dalam kitab tersebut yaitu al mil’k = Batang yang dipegang (ditekan), al Fiqlu = membengkokan, al infial = Reaksi, hal ini menjelaskan bahwa logam yang dibengkokkan akan timbul reaksi sehingga meningkatkan kekuatannya. Hal ini sesuai dengan proses ECAE.
Kedua, HPT (High Pressure Torsion) diteliti oleh Percy Williams Bridgman pada tahun 1940, dalam artikel pertamanya yang berjudul Scientist makes miniature earthquake terinspirasi dengan gerakan gempa yang menghasilkan gerakan torsi.
Terkait analogi gempa dan gerakan torsi, hal ini sudah terdapat dalam hipotesis Kitab Al-Hiyal karya Abu Ja'far Muhammad ibn Musa ibn Shakir yaitu adanya suatu daya tarik dalam pergerakan benda-benda luar angkasa yang memberikan efek terhapap gempa di bumi, hal lain dalam kitab tersebut adalah pembahasan tentang gerakan bintang dan hukum tarik-menarik, pergerakan rotasi bumi merupakan analogi bagaimana gaya torsi bekerja.
Ketiga, ARB (Accumulative Roll Bonding) oleh Y. Saito dan N. Tsuji pada tahun 1998, merupakan tumpukan plat yang dikenai beban rolling sehingga menghasilkan sifat material yang lentur. Untuk metode ini Gus Pram langsung melakukan analisa sendiri melalui penelitian ulang dilaboratorium tempatnya menuntut ilmu, hal ini terinspirasi dari pedang Zulfikar milik Sayidina Ali.
Pedang bermata dua dalam perspektif hukum kesetimbangan merupakan pergeseran ujung plat logam akibat tidak dikenai clip di kedua sisi ujungnya, secara mikrostruktur bengkokan plat merupakan akibat dari pemipihan struktur fasa dalam logam pada saat plat terkena beban rolling, jika plat dikenai beban tempa maka plat akan berbentuk lurus dan cenderung terjadi pemutusan struktur fasa, sehingga pedang tersebut tidak mungkin dibuat dengan proses tempa.
“Konsep teknologi konvensional ARB sudah ada sejak zaman Khabab bin Art dan Salman al Farishi dengan bukti kesamaan fisik pedang Zulfikar dengan hasil proses ARB,” ungkap Gus Pram.
Menurut Dosen Teknik Metalurgi yang sudah memiliki pengalaman mengajar hampir 17 tahun dari tahun 1999 di beberapa Universitas di Malang dan Jakarta ini, referensi-referensi buku metalurgi karya; Avner H. Sidney, Paul de Garmo, Lawrence Van Vlack, George E Dieter dan William D Callister hanya terbatas pada cakupan metodologi dan proses.
Jika dirunut dari sisi keilmuan ada ketelusuran yang terputus dari Dimitry Mendeleev sebagai ilmuwan pengembang dasar-dasar metalurgi.
“Tinjauan ilmu metalurgi harus dikaji secara utuh, karena tinjauan keilmuwan berdasarkan kajian ilmiah harus mengacu pada runutan proses baik dari sumber sejarah maupun tinjauan inovasi,” tegasnya.
Teori-teori metalurgi yang selama ini dikenal dalam berbagai referensi seperti; pengetahuan diagram fasa, temperatur rekristasisasi bahkan konsep perangkat alat tempa sudah dieksplorasi oleh ilmuwan-ilmuwan muslim dari era generasi Khalafaur Rasyidin sampai pada era Khalifah Harun al Rasyid. (Red: Fathoni)