Internasional

Duka dari Mesir untuk Mbah Khotib dan Mbah Idris

Rabu, 11 Juni 2014 | 23:32 WIB

Kairo, NU Online
Wafatnya dua Mustasyar PBNU, KH Khotib Umar (Jember) dan KH Idris Marzuki (Lirboyo) menyisakan duka mendalam tak hanya bagi warga di Tanah Air. Para santri yang kini tinggal di Mesir pun merasa sangat kehilangan dua ulama NU asal Jawa Timur itu.
<>
Sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk keduanya, mereka yang tergabung dalam Himpunan Alumni Santri Libroyo (Himasal) Mesir menggelar shalat ghaib dan doa bersama. Himasal bekerja sama dengan Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Mesir melaksanakan shalat ghaib dan doa bersama di sekretariat PCINU Mesir Nasr City, Kairo, Mesir, Senin (9/6) malam waktu setempat.

Dimulai dengan shalat Maghrib berjamaah, para hadirin bersama-sama melaksanakan shalat ghaib dan disusul dengan pembacaan surat Yasin, tahlil berikut doa bagi dua kiai sepuh NU yang baru saja berpulang ke rahmatullah di waktu yang berdekatan itu. KH Idris Marzuki wafat Senin (9/6) pagi setelah sebelumnya, KH Khotib Umar berpulang pada Ahad (8/6) sore.

Acara pembacaan Yasin dan tahlil dipandu oleh saudara Khoirul Umam Ma’shum dan dipungkasi doa dari ustadz Ahmad Ginanjar Sya’ban selaku Katib Syuriah PCINU Mesir. Selepas doa, forum tersebut diisi pembacaan manakib, kisah hikmah dan ibrah atas kepulangan dua ulama besar Indonesia.

“Keduanya adalah kiai sepuh NU dan masuk jajaran pengurus di dewan mustasyar PBNU pusat yang wafat beriringan. Sebagai generasi muda NU kita sepatutnya berduka, kehilangan dan senantiasa harus bersiap-siap meneruskan perjuangan beliau,” tandas Ustadz Ahmad Muzaini, Ketua PCINU Mesir.

Selanjutnya para hadirin diperdengarkan kisah profil dan manakib dari almaghfurlah KH. Ahmad Idris Marzuki, salah satu pengasuh utama Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Bertindak sebagai penutur profil dan manakib adalah Ketua Himasal Mesir, Ahmad Muhakam Zein.

Alumni pondok induk Lirboyo asuhan Kiai Idris itu menuturkan, almarhum Kiai Idris merupakan figur kiai yang dianggap telah mendidiknya luar-dalam dan sangat dikenang.

“Almaghfurlah KH Ahmad Idris Marzuki merupakan sosok kiai sepuh yang alim, zuhud, tawaduk, bersahaja, ikhlas, bijak dan sabar dalam mengasuh para santri maupun umatnya. Beliau oleh kalangan luar Lirboyo lebih terkenal sebagai sosok kiai khos yang kharismatik, zuhud dan bisa diterima semua kalangan,” katanya.

Selanjutnya, Ahmad Ginanjar Sya’ban selaku sesepuh Himasal Mesir memberikan ceramah reflektif atas berpulangnya KH Ahmad Idris Marzuqi (Pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, Jatim) dan KH Khotib Umar (Pengasuh Pesantren Sumberwringin Jember, Jatim). Menurut alumi Pesantren Lirboyo yang biasa dipanggil Mas Aceng ini, meneladani para kiai sepuh tidak semata hanya dari kecerdasan intelektualnya. Para kiai adalah para hamba Allah yang termasuk golongan yang menerima rahmat khusus dan kerap kali mempunyai ilmu khusus (laduni) dari Allah.

Baginya, pesantren salaf, baik Lirboyo, Ploso, Sarang, Sumberwringin, Langitan, maupun lainnya adalah kawah yang istiqamah mengajarkan ragam ilmu-ilmu syariat Islam serta memancarkan keberkahan bagi para alumnusnya. (Red: Mahbib Khoiron)


Terkait