Internasional

Dalai Lama Desak Muslim Myanmar Dilindungi

Kamis, 19 September 2013 | 12:02 WIB

Praha, NU Online
Sedih karena peningkatan kekerasan sektarian di Myanmar, pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama mengirimkan protes baru untuk biksu Budha agar menghentikan penuntutan pada Muslim Myanmar, meminta mereka mematuhi “prinsip-prinsip Budha”.
<>
“Kepada para biksu Budha, mari, ketika mereka menunjukkan kemarahan pada saudara dan saudari Muslim, ingatlah ajaran Budha,” kata Dalai Lama pada konferensi tahunan Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan di ibukota Ceko, Selasa, (17/9) sebagaimana dilaporkan oleh Agence France Presse (AFP).

“Saya yakin…bahwa hal ini akan melindungi saudara dan saudari Muslim sebagai korban.”

Muslim di Myanmar dan Sri Langka dalam beberapa bulan terakhir menghadapi serangan dari penganut Budha. 

Ratusan ribu Muslim dipaksa meninggalkan mereka di bagian barat Myanmar sejak Juni, setelah serangan dari massa pemeluk Budha.

Kekerasan Anti Muslim menyebar ke Myanmar pusat awal tahun ini, yang menyebabkan sejumlah orang meninggal.

Kekerasan ini menyebabkan 29 ribu orang mengungsi, lebih dari 97 persen adalah Muslim Rohingya, menurut laporan PBB.

Banyak pengungsi hidup di tenda-tenda, menambah jumlah dari 75 ribu pengungsi, setelah kekerasan sektarian sebelumnya, pada Juni 2012.

Investigasi yang dilakukan Reuters menemukan bahwa biksu Budha radikal secara aktif terlibat dalam kekerasan tersebut dan membantu menyebarkan materi anti Muslim di negara tersebut.

Tahun lalu, sejumlah pendeta Budha menganggu Muslim yang sedang beribadah di desa Dambulla, mengklaim bahwa masjid, yang dibangun pada 1962, adalah ilegal.

Beberapa minggu kemudian, para biksu menyusun sebuah surat ancaman pada Muslim di sekitar kota Kurunegala, meminta peribadatan umat Islam dihentikan.

Pemimpin spiritual berusia 78 tahun ini menyatakan, terlalu banyak penekanan pada ‘kami’ dan ‘mereka’ dan abad ini seharusnya adalah abad dialog, bukan peperangan.

Solusi

Disela-sela Konferensi Praha, Peraih Nobel dan ikon demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi telah bertemu dengan Dalai Lama, meminta perubahan konstitusi untuk mengakhiri kekerasan sektarian. 

“Masalah etnis tidak akan bisa diatasi dengan UU yang ada sekarang, yang tidak memenuhi aspirasi nasionalitas etnis," kata Suu Kyi seperti dilaporkan, AFP Selasa.

“Kita perlu melakukan amandemen konstitusi yang ada sekarang yang memungkinkan kita benar-benar menjadi negara demokrasi.”

“Kita harus memberi rasa aman kepada rakyat kita. Mereka harus merasa memiliki akses yang sama terhadap keadilan.”

“Jika seseorang takut diserang oleh kelompok lain, anda tidak dapat berharap mereka duduk dan berbicara satu sama lain.”

Ikon Myanmar ini menambahkan bahwa rancangan amandemen konstitusi akan dibahas oleh anggota parlemen akhir tahun ini, untuk menggantikan konstitusi yang ketinggalan jaman.

Akhir tahun lalu, peraih Nobel ini menolak untuk menunjukkan dukungannya pada Muslim Rohingya, mengatakan bahwa dia tidak menggunakan “kepemimpinan moral” pada pihak manapun. Ia menyalahkan baik Muslim maupun Budha dalam kekerasan sektarian tersebut. 

Sui Kyi dipertanyakan atas sikap diamnya terhadap penganiayaan yang terjadi pada sejumlah besar minoritas Muslim tersebut.

Pada September 2012, dia mendapat kritikan keras setelah mengatakan tidak tahu apakah Muslim Rohingnya itu warga negara Myanmar atau tidak.

Muslim Rohingnya ditolak hak kewarganegaraannya sejak amandemen UU Kewarganegaraan tahun 1982 dan diperlakukan sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri.

Pemerintah Myanmar beserta mayoritas Budha, menolak mengakui penggunaan kata “Rohingnya” dan menyebut mereka sebagai "Bengalis".

Negara Myanmar sekitar 90 persen penganut Budha dan mayoritas berasal dari etnis Myanmar, sedangkan sisanya berasal dari sekitar 100 suku dan agama yang berbeda.(onislam.net/mukafi niam)
Foto: dalailama.com/Jeremy Russell


Terkait